Tentang Kelompok
Kelompok ini bernama "Cewe Kece", terdiri dari Dwi Cahyowati, Ajeng Fitriani, Dessy Rosanti, Nurul Ainiati Jamilah, Tri Utami, Novinda Tugas Yudhifa Utama. Kami melaksanakan tugas treatment dan analisis anak yang bermasalah. Semoga kami dapat memberi inspirasi bagi pembaca :)
Sabtu, 14 Desember 2013
BIMBINGAN KONSELING ANAK HIPERAKTIF
BIMBINGAN KONSELING ANAK HIPERAKTIF
NAMA : Tri
Utami
Nim :
1105125026
Kelas : Reguler pagi 2011
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
ILMU
PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
KAMPUS
GUNUNG KELUA
SAMARINDA
2013
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar
………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………. ii
BAB
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
…………………………………………….…….…….. 1
Rumusan
Masalah ……………………………………………………... 2
Tujuan …………………………..……………………………………… 2
Manfaat
………………………………………………………………… 2
BAB
II DASAR TEORI
A. Emosi Pada Masa Kanak-kanak ……………………………….
3
B.
Definisi Hiperaktivitas ………………………………………… 3 – 4
C. Faktor-faktor Penyebab Hiperaktif ……………………………
4 – 5
D. Ciri-ciri Anak Hiperaktif ……………………………………….
5 – 6
E. Cara Mengatasi Anak Hiperaktif ……………………………...
6 - 8
BAB
III PEMBAHASAN
A.ANALISI…………………………………………………………… 9
-10
B.SINTESIS…………………………………………………………...
10
C.DIOGNESIS………………………………………………………..
10
D.PROGNOSIS………………………………………………………
10 -11
E.TRITMENT……………………………………………………….
11
BAB
IV PENUTUP
Kesimpulan
……………………………………….….……….…….. 12
Saran ……………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Lattar
Belakang
Anak usia dini adalah
sosok individu yang unik. Anak Usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Pada masa ini anak berada di periode keemasan perkembangan dan pertumbuhan. Hal
ini tersebut dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini
bergerak dengan cepat dan merupakan dasar bagi perkembangan tahap selanjutnya
(Depdiknas, USPN, 2004:4).
Perkembangan dan
pertumbuhan pada individu ini terdiri dari beberapa aspek, Salah satu aspek
yang penting adalah sosial-emosional (Sujiono, 2009 : 70-76). Aspek ini
merupakan aspek penting dalam perkembangan karakter dan kepribadian anak untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Salah satu ekspresi emosi dalam kehidupan
sosial anak adalah hiperaktif . Hiperaktif
merupakan aspek sosial-emosional pada anak yang mendasari perilaku
ekspresi emosi maupun respon terhadap stimulus baik itu secara internal maupun
eksternal dari lingkungan (Dariyo, 2007 : 192).
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and
hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah
mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit
untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka
memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami
sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak
hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan
untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat
memaksimalkan potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.
Dengan demikian penulis
tertarik untuk mengangkat kasus tersebut dan mencoba mengatasi kebiasaan
tingkah laku yang tidak normal atau hiperaktif anak usia empat tahun .
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
diuraikan di atas, maka rumusan masalah tersebut yaitu bagaimana menangani anak
hiperaktif ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui penanganan anak hiperaktif .
BAB II
DASAR TEORI
A. Emosi Pada Masa Kanak-kanak
Menurut L. Crow & A. Crow yang dikutip oleh Prof. Dr. H
Djaali dalam bukunya Psikologi Pendidikan, emosi adalah pengalaman yang
afektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, di mana keadaan
mental dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat
diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
Emosi timbul dari rangsangan (stimulus), stimulus yang sama
mungkin dapat menimbulkan emosi yang berbeda-beda dan kadang-kadang malah
berlawanan. Adapun rangsangan dapat muncul dari dorongan, keinginan atau minat
yang terhalang, baik disebabkan oleh tidak atau kurangnya kemampuan individu
untuk memenuhinya atau menyenangkannya.
Penyebab
itulah yang sering dirasakan oleh anak-anak yang hiperaktif. Mereka biasanya
selalu kurang puas terhadap apa saja yang baru didapatnya. Sehingga emosi yang
timbul terhadapnya sangat sering sekali. Akibatnya, teman-teman, guru, bahkan
lingkungannya pun merasakan akan ketidaknyamanan terhadap emosi yang keluar
dari ana-anak hiperaktif tersebut.
B. Definisi Hiperaktivitas
Kata “hiperaktivitas” (hiperaktivity) digunakan untuk
menyatakan suatu pola prilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak menaruh perhatian dan implusif (semau gue). Anak-anak yang
yang hiperaktif selalu bergerak. Mereka tidak mau diam bahkan dalam
situasi-situasi, misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran di kelas yang
menuntut agar mereka bersikap tenang. Mereka tidak pernah merasakan asyiknya
permaianan atau mainan yang umumnya disukai anak-anak lain seusia mereka,
sebentar-sebentar mereka bergerak untuk beralih dari permainan atau mainan satu
ke yang lain.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and
hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai
berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewas.
C. Faktor-faktor Penyebab Hiperaktif
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif
antara lain :
1.
Faktor Genetik
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar
satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2.
Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak
disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit
berat, cidera otak.
3.
Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan
hiperaktif terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot
berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar).
4.
Faktor Kultural dan Psikososial
a. PemanjaanPemanjaan dapat juga disamakan dengan
memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan
sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar
terpenuhi kebutuhannya.
b.
Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat
sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu
saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat
sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
c.
Orientasi kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan
umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus
dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.
D. Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Ada tiga tanda utama anak yang menderita
ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian.
Ketidak mampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan
untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, dan
sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
2. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus
menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur
pekerjaanya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan
raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa
dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah
sebagai berikut:
1. Sering menggerak-gerakkan tangan
atau kaki ketika duduk.
2. Sering meninggalkan tempat
duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3. Sering berlari-lari atau
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
4. Sering tidak mampu
melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5. Selalu bergerak,
seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6. Sering terlalu banyak
bicara
7. Sering sulit menunggu
giliran
8. Sering memotong atau
menyela pembicaraan
9. Jika diajak bicara tidak
dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya.
E. Cara Mengatasi Anak Hiperaktif
1.
Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar
berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang
hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur
segi positif anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari
bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara
sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat
berikut : jelas & tidak abstrak, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu
yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.
2.
Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil, yang
bersifat : langsung diberikan, menyenang-kan hati anak, konsisten yang berarti
diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan
dengan hangat & dibarengai dengan pujian.
3. Sekali waktu mengajak anak menyalurkan
energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman. Jika orang tua merasa
butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak
akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa
klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis. Bagaimanapun,
anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri
dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih. Dan Allah-lah yang akan
menentukan hasilnya.
PEMBAHASAN
A. Analisis
v Identitas Anak
Nama Panggilan : keisya
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 3 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Samarinda, 12 juni 2010
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tinggal bersama : Orang tua/Wali
Posisi Anak : Anak ke 2
dari 2 saudara
v Identitas Orang Tua
a.
Ayah : Ponaji
Agama
: Islam
Pekerjaan :
wirausaha
Pendidikan : SMK MUH 4
Alamat : JL. Dr Sutomo gg 8 kelurahan Sidodadi
No
Telp/Hp : -
b.
Ibu : Eka Merdekawati
Pekerjaan :
Sekratris Playaran
Pendidikan : D3 Akutansi
Alamat : JL. Dr Sutomo gg 8 kelurahan Sidodadi
v Kebiasaan
Anak
Mencoret-
coret tembok, berontak bila marah,naik-naik tangga,dorong-dorong meja dan kursi
, memukul/mencubit, menghisap jari, menangis, menjerit, melempar-lempar barang,bertanya’/bicara
sendiri .
B.
SINTESIS
Berdasarkan
dari informasi profil di atas, dapat disimpulkan bahwa keisya merupakan anak dari keluarga yang memiliki
intesitas lebih sedikit berada di rumah, keisya dititipkan ditempat neneknya .
Dari kebiasaan keisya pada kesehariannya
penulis menyimpulkan bahwa keisya memiliki ciri-ciri dengan perilaku hiperaktif.
C.
DIAGNOSIS
Penyebab
utama yang dialami oleh keisya ialah pola asuh. Orang tua keisya lebih banyak berada di luar rumah sehingga
intensitas pertemuan dengan anak sangat sedikit. Dalam sehari hanya pada jam
malam bertemu dengan anak. Ibu dan ayah
anak tersebut bekerja sehingga
keseharian anak bersama nenek .
Nenek anak tersebut terlalu banyak
memberikan keleluasaan pada anak. Pola asuh yang diterapkan oleh nenek permisif, yaitu cenderung selalu memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Keisya sering sekali mendorong-dorong meja ,mencoret
dinding, naik tangga,melempar barang Sebagai contoh ketika keisya ingin melakukan hal yang berbahaya memanjat
tangga besi. Nenek anak tersebut
berusaha menjaga agar anak tersebut tidak jatuh, dan anak tersebut sama sekali
tidak mau dijaga. Karena kurang berkenan
maka anak tersebut mengamuk sambil menangis keras .
D.
PROGNOSIS
Langkah
awal yang hendaknya dilakukan para orang tua yaitu lebih memperhatikan
pentingnya perkembangan dan pertumbuhan anak di usia emas seperti 0- 6 tahun
pertama. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah aspek
sosial-emosional terutama perilaku –perilaku anak dalam keseharian dan orang
tua dapt member contoh yang baik untuk anak. Diharapkan adanya kerja sama dan
koordinasi dalam menentukan pola asuh terutama antara orang tua dengan keluarga
,Kesamaan pola asuh ini dapat mengurangi dampak hiperaktif pada anak.
E.
TREATMENT
Berikut
adalah beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperaktif diantaranya :
a)
Pastikan
anak mendapatkan kegiatan tambahan. Dengan cara yang satu ini, anak akan punya
sebuah tempat yang bisa digunakan untuk melampiaskan hiperaktifnya tersebut
adalah olahraga.
b)
Jangan
lupa untuk mengajarkan anak duduk diam sewaktu makan. Meskipun anak banyak
tingkah , anda harus membuat mengerti bahwa ada saat dimana dia tidak boleh
hiperaktif yaitu pada saat makan. Tidak hanya makan , namun juga pada saat
melakukan hal-hal lain yang normalnya membutuhkan ketenagan . Dengan mendidik
anak bersikap baik, mereka bisa menjadi anak yang sopan dan tahu kapan mereka
berhiperaktif dan kapan harus bersikap
normal dan tenang.
c)
Jangan
segan untuk membuat anak anda menjadi gembira setiap mereka menginginkan .
Pastikan anak anda diberikan beberapa fasilitas yang menyenagkan dirumah. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara membelikan mainan yang bermanfaat yang dapat
membantu proses tumbuh dan kembangnya.
d)
Anda
seharusnya berhati-hati ketika memasuki anak ke sekolah. Pilihlah sekolah yang
akan menentukan perkembangan sifat dikemudian hari, kesalahan dalam memilih
sekolah akan berakibat fatal dengan rusak moral anak anda. Maka dari itu jaga
selalu pergaulan dan sekolah yang
anak-anak pintar dan berpendidikan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Emosi adalah pengalaman yang afektif yang disertai oleh
penyesuaian batin secara menyeluruh, di mana keadaan mental dan fisiologi
sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah
laku yang jelas dan nyata.
Kata “hiperaktivitas” (hiperaktivity) digunakan untuk
menyatakan suatu pola prilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak menaruh perhatian dan implusif (semau gue).
Faktor
penyebab anak menjadi hiperaktif adalah:
1.
Faktor genetik
2. Faktor neurologik
3.
Faktor lingkungan
4.
Faktor kultural dan psikososial
Tiga tanda utama anak menderita hiperaktif adalah:
1.
Tidak perhatian
2.
Hiperaktif
3.
Implusif
B.
SARAN
Orang tua harus banyak meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak dan juga perlu
memahami perasaaan anak. Orang tua tidak boleh terlalu banyak menuntut secara
berlebihan pada anak, karena anak tumbuh dan berekembang sesuai dengan usianya,
dan orang tua tetap tenang menghadapi jangan ikut tersulut emosi sehingga
memarahi anak. Karena reaksi keras dari orang tua akan menambah emosi anak
semakin hebat.
Daftar
Pustaka
Prof.
Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011.
Eric
Taylor, Anak yang Hiperaktif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
Aisyah,
Sity ,dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar AUD,Jakarta : Universitas Terbuka,
2009.
Papalia
E. Diane, Sally wendkos old, Ruth Duskin Feldman.
Human
Development , Psikologi Perekembangan , ket : Jakarta :kencana 2008
Langganan:
Komentar (Atom)


