BIMBINGAN
KONSELING ANAK USIA DINI
ANAK YANG SUKA
MEMUKUL
OLEH :
AJENG FITRIANI
NIM : 1105125037
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
praktik pendidikan anak usia dini untuk pengembangan emosional dilandasi tiga pertimbangan
yang pertama kesesuaian usia yaitu dalam mengembangkan sosial-emosional dengan
usia anak jika tidak disesuaikan dengan usia anak maka akan sulit untuk
mengembangkan sosial emosial anak dengan baik karena anak bersifat imitasi,
mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang
berlebihan. Yang kedua kesesuaian individual yaitu antara individu dengan individu
yang lain harus disesuaikan dalam mengembangkan sosial emosional anak, karena
jika tidak disesuaikan akan terjadi kesenjangan antara anak yang satu dengan
anak yang lainnya. Dan pertimbangan yang ketiga kesesuaian budaya/latar
belakang keluarga mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak karena lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam
hal sehari-hari kita pasti menemukan anak yang suka memukul teman sebaya nya di
sekitar lingkungan kita. Tidak jarang kita temui anak yang bermasalah seperti
ini. Anak yang suka memukul bisa juga dipicu oleh faktor didikan orang tua yang
keras terhadap anaknya atau saja orang tua yang suka menggunakan kekerasan
dalam mendidik anak.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil treatment anak
yang diteliti?
BAB
II
DASAR
TEORI
Teori
gangguan perilaku banyak dikemukakan oleh para ahli yang memiliki
pandangan-pandangan yang berbeda tentang perilaku itu sendiri, diantaranya:
1.
Teori behavioral
Teori behavioral menganggap bahwa sebuah
perilaku itu dibentuk dari faktor eksternal dari suatu individu (lingkungan).
Para kaum behavioris memasukkan perilaku kedalam suatu unit yang dinamakan
tanggapan atau respon dan lingkungan kedalam unitrangsangan atau stimulus,
menurut paham behavioral perilaku suatu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa
berasosiasi satu sama lainnya dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional.
Kaum behavioral menganggap faktor ekstern dari seseorang akan sangat
mempengaruhi perilaku yang ditunjukan oleh pribadinya.
2. Teori Psikodinamik
Teori ini sangat kontradiktif dengan
teori behavioral karena teori ini menganggap sebuah perilaku yang ditujukan
oleh suatu individu disebabkan oleh faktor intern (dirinya sendiri). Faktor
psikologis seoranng individu sangat berpengaruhpada pembentukkan karateristik
seseorang.
3. Teori Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
interaksi individu dengan individu lainnya, menurut pandangan kaum sosiologis
gangguan perilaku terjadi karena ketidakmampuan suatu individu dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sosial tetapi lebih mengarah atau cenderung
pada orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan batasan mengenai gangguan perilaku
pada pandangan kaum sosiologis adalah bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku
yang selalu meresahkan ketentraman dan kebahagiaan orang lain.
4.
Teori Ekologi
Teori
ini menganggap suatu perilaku akan sangat ditimbulkan dari lingkungan yang
mempengaruhinya, sepaham dengan teori behavioristik teori ini menekankan pada
pembentukan suatu perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan
batasan perilaku menyimpang menurut pandangan kaum ekologis adalah perilaku
yang ditunjukkan.
Menurut Rahmitha P. Soendjojo, perilaku
suka memukul pada anak biasanya muncul pada anak yang belum bisa bicara atau
baru mulai belajar berbicara. “perbendaharaan katanya masih
sangat terbatas, sehingga memukul menjadi salah satu bahasa untuk menyatakan
keinginannya maupun ketika ia merasa kurang nyaman atau tak aman,".
Menurut Rahmitha, memukul atau
perilaku agresif lainnya adalah reaksi alamiah ketika seseorang merasa kesal,
marah, atau frustrasi. Begitu pula yang dialami batita Anda. Jadi, wajar saja
bila ia memukul atau dipukul anak lain. Tapi bukan berarti Anda boleh
mengijinkan ia memukul. Anda tetap tak boleh membiarkan ia memukul, hanya
karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui hal yang baik. Memang, masih
cukup sulit baginya untuk mengerti perbedaan benar dan salah, tapi ia sepenuhnya
akan mengerti mana tingkah laku yang Anda inginkan dan mana saja tingkah laku yang Anda larang untuk anak
anda.
Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.
Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.
Perilaku memukul, menurut Rahmitha,
juga bisa terjadi pada anak yang punya energi berlebihan. "Jika ia banyak
dilarang sementara energinya tetap ada dan ia tak tahu cara menyalurkannya,
akibatnya ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya," tutur
lulusan Fakultas Psikologi Unpad ini. Begitu pula dengan anak-anak yang
terluka, entah karena marah, kesal, kecewa, atau sedih, dan ia tak tahu
bagaimana cara mengungkapkan perasaan-perasaanitu.
BAB
III
PEMBAHASAN
1) Analisis (Pengumpulan Data)
Nama Anak : M.
Mahza Difa (Didif)
Usia :
6 tahun
Anak ke- :
Tunggal
Hobi :
Bermain Sepeda
Sekolah :
Tk. Tunas Mekar Tenggarong
Nama Orang Tua
Ayah :
Ferly
Ibu :
Dian Erika
Pekerjaan Orang Tua
Ayah :
Swasta
Ibu :
Ibu Rumah Tangga
2) Sintesis (Kesimpulan Sementara)
Bisa
disimpulkan sementara, anak ini dalam kesehariannya suka memukul teman sebaya
nya ketika bermain bersama-sama. Ketika sedang asik-asiknya dalam kegiatan
bermain tiba-tiba anak ini (didif) langsung memukul temannya sendiri. Entah
dipikirannya mungkin dia hanya ingin sedang mengajak bermain dan bercanda
tetapi malah melukai temannya sendiri dengan cara memukul.
3) Diagnosis
(Menentukan Penyebab Utama)
Penyebab
utama sementara anak ini suka memukul antara lain:
·
Melihat tingkah laku teman sebayanya
ketika bermain bersama-sama ada yang suka memukul.
·
Kadangkala dalam kegiatan sehari-hari
dalam bermain setiap anak pasti berbeda dalam berperilaku, saat kegiatan
bermain sedang berlangsung tiba-tiba saja ada temannya yang merampas mainan
nya. Tidak pikir panjang seorang anak kecil pasti langsung saja memukul
temannya sendiri yang sudah mengambil mainannya.
·
Pada kisaran umur anak usia dini mereka
punya rasa ingin tahu yang sangat pesat. Mereka ingin bereksperimen sendiri
dengan apa yang ingin mereka ketahui, misalnya saja ketika dia memukul teman
sebayanya dia akan tau hasil reaksi apa yang akan ditimbulkan temannya ketika sehabis
dipukul.
·
Didalam kegiatan sehari-hari pola asuh
anak ini terlalu dimanja dalam kesehariannya, ketika meminta sesuatu yang tidak
dipenuhi dia akan meronta-ronta kemudian memukul siapa saja yang ada
disekitarnya ketika apa yang dia inginkannya tidak terpenuhi.
4)
Prognosis (Langkah awal)
Langkah
awal dalam penanganan masalah Didif ini adalah yang pertama memberitahukan
kepada orang tuanya agar dapat membantu mengontrol emosi anak mereka dalam
mendidik nya sehari-hari, tidak terlalu memanjakannya dalam hal apapun.
Kemudian beritahukan kepada sang guru tentang sikap didif sehari-hari yang suka
memukul temannya agar disekolah sang guru juga dapat membantu mengontrol emosi
anak sehingga dia bisa belajar bersikap lebih baik lagi terhadap teman
sebayanya.
5) Treatment (Penanggulangan)
·
Melakukan pengawasan ekstra pada anak
yang suka memukul.
·
Pada saat dirumah, anak ini diberikan
pengertian ketika dipukul itu sakit. Contohnya saja pada saat dia ingin memukul
temannya tangkap tangannya kemudian suruh dia untuk memukul dirinya sendiri
ketika itu dia akan merasakan sakit ketika dipukul, lalu beri dia pengertian
bahwa siapapun ketika dipukul itu rasanya sakit nah pada saat itu lah dia akan
mengerti ketika dia memukul orang lain tersebut orang itu akan merasakan rasa
sakit.
·
Katakan
‘tidak’ dengan tegas. Respon langsung harus diberikan ketika anak memukul.
Gunakan kata-kata yang ringkas namun jelas dengan intonasi yang tegas namun
tidak menakutkan. Katakan ‘Jangan, kita tidak boleh memukul! atau ‘Jangan
memukul! Dipukul itu sakit!! Lalu arahkan anak untuk menyalurkan kekesalannya
dengan cara lain, misalnya memukul bantal, menghentakkan kaki, atau
menyampaikan dengan kata-kata.
·
Memberikan
ruang gerak yang leluasa bagi anak melakukan kegiatannya.
- Memberikan konsekuensi, sesegera mungkin setelah ia memukul. Konsekuensi yang diberikan sederhana. Ajak anak duduk di pinggir ruangan. Katakan bahwa kita tidak suka ia melakukan itu, dan dia baru boleh main lagi setelah berjanji tidak akan memukul lagi.
·
Membuat
komunikasi yang menyenangkan. Beberapa anak memiliki
kebiasaan alami untuk menggunakan tangan mereka sebagai alat komunikasi. Maka
dari itu, Anda perlu mengajari mereka dengan membuat komunikasi yang
menyenangkan. Misalnya, begitu dia ingin memukul, cepat intervensi dengan
menggerakkan tubuh dan katakan 'ayo tos'. Hal itu akan membuat si kecil
bingung, bisa jadi tersenyum dan tidak menjadi melakukannya. Cara ini dapat
mengurangi kebiasaan buruk anak Anda seiring berjalannya waktu.
·
Salurkan hobby memukulnya. Mencoba
menyalurkan hobby sang anak yang suka memukul dengan kegiatan seperti bermain
drum, bermain tenis dengan raket mainan, atau memukul karung pasir khusus
anak-anak.
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa penanganan anak yang suka memukul
tidaklah terlalu sulit. Kita sebagai orang tua/wali murid atau guru pembimbing
hanya harus sedikit lebih bersabar menangani anak yang demikian. Dengan cara
pendekatan terlebih dahulu kepada anak kita akan mampu membantu persoalannya
yang suka memukul. Kemudian dengan cara penegasan kita akan membiasakan anak
untuk tidak memukul lagi, atau sekedar memberikan konsekuensi kepada anak yang masih
suka memukul. Lalu, dapat pula kita menyalurkan hobby anak yang suka memukul
dengan kegiatan seperti memukul drum, bermain raket tenis dengan raket mainan,
atau memukul karung pasir khusus anak-anak.
B. SARAN
Saran saya, sebaiknya orang tua harus lebih memperhatikan
sang anak dalam kegiatan bersosialisasi nya sehari-hari agar anak tidak menjadi
anak yang suka memukul lagi. Kemudian orang tua sebaiknya lebih mendukung sikap
anak yang suka memukul ini dengan
menyalurkannya ke berbagai kegiatan seperti memainkan drum, bermain tenis atau
memukul karung pasir khusus anak. Selain itu orang tua juga dituntut untuk
lebih memperhatikan apa yang anak butuhkan dan meluangkan waktu bersama anak
sehingga anak bisa lebih merasa diperhatikan sehingga dia tidak merasa dirinya
hanya sendiri dalam melakukan hal apapun.
DAFTAR
PUSTAKA
Kennedy Michelle,(2004). Bila Anak Berprilaku Buruk. Erlangga: Jakarta.
Ireland Karin,(2003). 150 Cara untuk Membantu Anak Meraih Sukses.
Erlangga:Jakarta.
Paul Wood & Bernard
Scwartz,(1994). Bagaimana Agar Anak Anda
Melakukan yang Anda Inginkan (cetakan I).
Arcan:Jakarta.
Seto Mulyadi,(2004). Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya.
Erlangga:Jakarta.
Steede Kevin,(2008). 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak
(cetakan ketiga). PT. Tangga Pustaka:Jakarta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar