Sabtu, 14 Desember 2013

BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI ANAK YANG SUKA MEMUKUL




BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI
ANAK YANG SUKA MEMUKUL








OLEH :
AJENG FITRIANI 
NIM : 1105125037













FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013





BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam praktik pendidikan anak usia dini untuk pengembangan emosional dilandasi tiga pertimbangan yang pertama kesesuaian usia yaitu dalam mengembangkan sosial-emosional dengan usia anak jika tidak disesuaikan dengan usia anak maka akan sulit untuk mengembangkan sosial emosial anak dengan baik karena anak bersifat imitasi, mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan. Yang kedua kesesuaian individual yaitu antara individu dengan individu yang lain harus disesuaikan dalam mengembangkan sosial emosional anak, karena jika tidak disesuaikan akan terjadi kesenjangan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Dan pertimbangan yang ketiga kesesuaian budaya/latar belakang keluarga mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak karena lebih banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam hal sehari-hari kita pasti menemukan anak yang suka memukul teman sebaya nya di sekitar lingkungan kita. Tidak jarang kita temui anak yang bermasalah seperti ini. Anak yang suka memukul bisa juga dipicu oleh faktor didikan orang tua yang keras terhadap anaknya atau saja orang tua yang suka menggunakan kekerasan dalam mendidik anak.


B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
            1. Bagaimana hasil treatment anak yang diteliti?
BAB II
DASAR TEORI

Teori gangguan perilaku banyak dikemukakan oleh para ahli yang memiliki pandangan-pandangan yang berbeda tentang perilaku itu sendiri, diantaranya:
1. Teori behavioral
Teori behavioral menganggap bahwa sebuah perilaku itu dibentuk dari faktor eksternal dari suatu individu (lingkungan). Para kaum behavioris memasukkan perilaku kedalam suatu unit yang dinamakan tanggapan atau respon dan lingkungan kedalam unitrangsangan atau stimulus, menurut paham behavioral perilaku suatu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Kaum behavioral menganggap faktor ekstern dari seseorang akan sangat mempengaruhi perilaku yang ditunjukan oleh pribadinya.
2. Teori Psikodinamik
Teori ini sangat kontradiktif dengan teori behavioral karena teori ini menganggap sebuah perilaku yang ditujukan oleh suatu individu disebabkan oleh faktor intern (dirinya sendiri). Faktor psikologis seoranng individu sangat berpengaruhpada pembentukkan karateristik seseorang.
3. Teori Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi individu dengan individu lainnya, menurut pandangan kaum sosiologis gangguan perilaku terjadi karena ketidakmampuan suatu individu dalam bersosialisasi dengan lingkungan sosial tetapi lebih mengarah atau cenderung pada orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan batasan mengenai gangguan perilaku pada pandangan kaum sosiologis adalah bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang selalu meresahkan ketentraman dan kebahagiaan orang lain.
4. Teori Ekologi
Teori ini menganggap suatu perilaku akan sangat ditimbulkan dari lingkungan yang mempengaruhinya, sepaham dengan teori behavioristik teori ini menekankan pada pembentukan suatu perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan batasan perilaku menyimpang menurut pandangan kaum ekologis adalah perilaku yang ditunjukkan.




            Menurut Rahmitha P. Soendjojo, perilaku suka memukul pada anak biasanya muncul pada anak yang belum bisa bicara atau baru mulai belajar berbicara. “perbendaharaan katanya masih sangat terbatas, sehingga memukul menjadi salah satu bahasa untuk menyatakan keinginannya maupun ketika ia merasa kurang nyaman atau tak aman,".
            Menurut Rahmitha, memukul atau perilaku agresif lainnya adalah reaksi alamiah ketika seseorang merasa kesal, marah, atau frustrasi. Begitu pula yang dialami batita Anda. Jadi, wajar saja bila ia memukul atau dipukul anak lain. Tapi bukan berarti Anda boleh mengijinkan ia memukul. Anda tetap tak boleh membiarkan ia memukul, hanya karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui hal yang baik. Memang, masih cukup sulit baginya untuk mengerti perbedaan benar dan salah, tapi ia sepenuhnya akan mengerti mana tingkah laku yang Anda inginkan dan mana saja  tingkah laku yang Anda larang untuk anak anda. 
Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.  
            Perilaku memukul, menurut Rahmitha, juga bisa terjadi pada anak yang punya energi berlebihan. "Jika ia banyak dilarang sementara energinya tetap ada dan ia tak tahu cara menyalurkannya, akibatnya ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya," tutur lulusan Fakultas Psikologi Unpad ini. Begitu pula dengan anak-anak yang terluka, entah karena marah, kesal, kecewa, atau sedih, dan ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan-perasaanitu.
BAB III
PEMBAHASAN
1)         Analisis (Pengumpulan Data)
            Nama Anak     : M. Mahza Difa (Didif)
            Usia                 : 6 tahun
            Anak ke-         : Tunggal
            Hobi                : Bermain Sepeda
            Sekolah           : Tk. Tunas Mekar Tenggarong
            Nama Orang Tua
            Ayah               : Ferly
            Ibu                   : Dian Erika
            Pekerjaan Orang Tua
            Ayah               : Swasta
            Ibu                   : Ibu Rumah Tangga

2)         Sintesis (Kesimpulan Sementara)
            Bisa disimpulkan sementara, anak ini dalam kesehariannya suka memukul teman sebaya nya ketika bermain bersama-sama. Ketika sedang asik-asiknya dalam kegiatan bermain tiba-tiba anak ini (didif) langsung memukul temannya sendiri. Entah dipikirannya mungkin dia hanya ingin sedang mengajak bermain dan bercanda tetapi malah melukai temannya sendiri dengan cara memukul.
3)         Diagnosis (Menentukan Penyebab Utama)
            Penyebab utama sementara anak ini suka memukul antara lain:
·         Melihat tingkah laku teman sebayanya ketika bermain bersama-sama ada yang suka memukul.
·         Kadangkala dalam kegiatan sehari-hari dalam bermain setiap anak pasti berbeda dalam berperilaku, saat kegiatan bermain sedang berlangsung tiba-tiba saja ada temannya yang merampas mainan nya. Tidak pikir panjang seorang anak kecil pasti langsung saja memukul temannya sendiri yang sudah mengambil mainannya.
·         Pada kisaran umur anak usia dini mereka punya rasa ingin tahu yang sangat pesat. Mereka ingin bereksperimen sendiri dengan apa yang ingin mereka ketahui, misalnya saja ketika dia memukul teman sebayanya dia akan tau hasil reaksi apa yang akan ditimbulkan temannya ketika sehabis dipukul.
·         Didalam kegiatan sehari-hari pola asuh anak ini terlalu dimanja dalam kesehariannya, ketika meminta sesuatu yang tidak dipenuhi dia akan meronta-ronta kemudian memukul siapa saja yang ada disekitarnya ketika apa yang dia inginkannya tidak terpenuhi.
4)         Prognosis (Langkah awal)
            Langkah awal dalam penanganan masalah Didif ini adalah yang pertama memberitahukan kepada orang tuanya agar dapat membantu mengontrol emosi anak mereka dalam mendidik nya sehari-hari, tidak terlalu memanjakannya dalam hal apapun. Kemudian beritahukan kepada sang guru tentang sikap didif sehari-hari yang suka memukul temannya agar disekolah sang guru juga dapat membantu mengontrol emosi anak sehingga dia bisa belajar bersikap lebih baik lagi terhadap teman sebayanya.
5)         Treatment (Penanggulangan)
·         Melakukan pengawasan ekstra pada anak yang suka memukul.
·         Pada saat dirumah, anak ini diberikan pengertian ketika dipukul itu sakit. Contohnya saja pada saat dia ingin memukul temannya tangkap tangannya kemudian suruh dia untuk memukul dirinya sendiri ketika itu dia akan merasakan sakit ketika dipukul, lalu beri dia pengertian bahwa siapapun ketika dipukul itu rasanya sakit nah pada saat itu lah dia akan mengerti ketika dia memukul orang lain tersebut orang itu akan merasakan rasa sakit.
·         Katakan ‘tidak’ dengan tegas. Respon langsung harus diberikan ketika anak memukul. Gunakan kata-kata yang ringkas namun jelas dengan intonasi yang tegas namun tidak menakutkan. Katakan ‘Jangan, kita tidak boleh memukul! atau ‘Jangan memukul! Dipukul itu sakit!! Lalu arahkan anak untuk menyalurkan kekesalannya dengan cara lain, misalnya memukul bantal, menghentakkan kaki, atau menyampaikan dengan kata-kata.
·         Memberikan ruang gerak yang leluasa bagi anak melakukan kegiatannya.
  • Memberikan konsekuensi, sesegera mungkin setelah ia memukul. Konsekuensi yang diberikan sederhana. Ajak anak duduk di pinggir ruangan. Katakan bahwa kita tidak suka ia melakukan itu, dan dia baru boleh main lagi setelah berjanji tidak akan memukul lagi.
·         Membuat komunikasi yang menyenangkan. Beberapa anak memiliki kebiasaan alami untuk menggunakan tangan mereka sebagai alat komunikasi. Maka dari itu, Anda perlu mengajari mereka dengan membuat komunikasi yang menyenangkan. Misalnya, begitu dia ingin memukul, cepat intervensi dengan menggerakkan tubuh dan katakan 'ayo tos'. Hal itu akan membuat si kecil bingung, bisa jadi tersenyum dan tidak menjadi melakukannya. Cara ini dapat mengurangi kebiasaan buruk anak Anda seiring berjalannya waktu.
·         Salurkan hobby memukulnya. Mencoba menyalurkan hobby sang anak yang suka memukul dengan kegiatan seperti bermain drum, bermain tenis dengan raket mainan, atau memukul karung pasir khusus anak-anak.








BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Dapat disimpulkan bahwa penanganan anak yang suka memukul tidaklah terlalu sulit. Kita sebagai orang tua/wali murid atau guru pembimbing hanya harus sedikit lebih bersabar menangani anak yang demikian. Dengan cara pendekatan terlebih dahulu kepada anak kita akan mampu membantu persoalannya yang suka memukul. Kemudian dengan cara penegasan kita akan membiasakan anak untuk tidak memukul lagi, atau sekedar memberikan konsekuensi kepada anak yang masih suka memukul. Lalu, dapat pula kita menyalurkan hobby anak yang suka memukul dengan kegiatan seperti memukul drum, bermain raket tenis dengan raket mainan, atau memukul karung pasir khusus anak-anak.
B. SARAN
            Saran saya, sebaiknya orang tua harus lebih memperhatikan sang anak dalam kegiatan bersosialisasi nya sehari-hari agar anak tidak menjadi anak yang suka memukul lagi. Kemudian orang tua sebaiknya lebih mendukung sikap anak yang suka memukul  ini dengan menyalurkannya ke berbagai kegiatan seperti memainkan drum, bermain tenis atau memukul karung pasir khusus anak. Selain itu orang tua juga dituntut untuk lebih memperhatikan apa yang anak butuhkan dan meluangkan waktu bersama anak sehingga anak bisa lebih merasa diperhatikan sehingga dia tidak merasa dirinya hanya sendiri dalam melakukan hal apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Kennedy Michelle,(2004). Bila Anak Berprilaku Buruk. Erlangga: Jakarta.
Ireland Karin,(2003). 150 Cara untuk Membantu Anak Meraih Sukses. Erlangga:Jakarta.
Paul Wood & Bernard Scwartz,(1994). Bagaimana Agar Anak Anda Melakukan yang Anda Inginkan  (cetakan I). Arcan:Jakarta.
Seto Mulyadi,(2004). Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Erlangga:Jakarta.
Steede Kevin,(2008). 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak (cetakan ketiga). PT. Tangga Pustaka:Jakarta.


 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar