ANAK YANG
PEMARAH DAN SUKA MEMBUANG BARANG
OLEH :
DWI CAHYOWATI
NIM. 1105125033
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak adalah seorang yang bersih dan suci, Anak
adalah peniru yang paling sempurna. Sehingga pada dasarnya apa yang dilakukan
oleh seorang anak, merupakan hal-hal yang ditirunya dari lingkungannya, baik
orang tua maupun teman-teman dan saudaranya. Termasuk di dalamnya tentu
saja, perilaku-perilaku buruk anak, seperti suka memukul, mudah
marah-marah, mengeluarkan kata-kata kotor bahkan meludah. Apabila Anda
menghadapi masalah pada perilaku anak, seperti mengacak-acak rumah, memecahkan
barang-barang. Mencoret-coret dinding, meruakkan barang koleksi Anda, atau
apapun yang ‘membuat Anda pusing’, semestinya orang tua berusaha membimbing anaknya
dengan sabar. Kendati demikian tidak semua orang tua memiliki kadar kesabaran
yang sama. Ketidaksabaran ini membuat sebagian orang tua mempraktekan cara-cara
singkat seperti memarahi, membentak sampai memukul, untuk menghentikan berbagai
kenakalan anaknya tersebut. Ingatlah bahwa “Anak adalah anugerah”, banyak keluarga
yang tidak dikarunia anak. Jika anak adalah anugerah tentunya Anda wajib
mensyukurinya, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kewajiban Anda
untuk mendidikanya dengan baik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa: 1)
Bentakan dan kemarahan hanya akan membuat anak Anda tidak merasa dekat dengan
Anda; 2) Kelainan Jiwa pada anak dapat disebabkan karena kekerasan pada anak;
3)Dengan kekerasan, mereka hanya berhenti melakukannya sesaat, setelah itu dia
akan mengulanginya tanpa sepengetahuan Anda.
Redam Amarah Karena hal ini merupakan langkah yang sangat
penting untuk membuat Anda bijak. Hasil yang didapatkan dari sebuah kemarahan
yang tak terkendali hanyalah kerusakan. Kerusakan pada diri Anda dan pada diri
anak sendiri. Peneliti Dave Meier mengungkapkan bahwa otak
manusia terdiri atas 3 susunan, yakni: otak reptile, otak mamalia dan otak
neokorteks. Otak reptile berfungsi mengatur system reflek dan pertahanan (detak
jantung, sikap melawan dan mempertahankan diri). Otak mamalia berfungsi
mengatur pergerakan emosi. Otak neokortek berfungsi untuk proses berpikir
kreatif dan logika. Ketida otak ini bekerja secara bergantian. Sehingga apabila
reaksi yang diterima adalah negative, maka secara otomatid otak reptile
bekerja, seperti memukul, membentak, membantung dan sebagainya. Oleh karenanya
sangat dianjurkan pada kita – orang tua, untuk lebih bijak mengendalikan rasa
marah kepada anak. Karena hal tersebut merugikan kedua belah pihak
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang tersebut maka dapat dirumuskanmaalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
cara mentraidment anak yang pemarah dan mengamuk?
BAB II
DASAR TEORI
A.
Mengetahui
Sebab Dasar Anak Memili Sifat Pemarah
Marah memang terkait dengan emosi
yang tidak terkendali. Tetapi mungkin agak sedikit berbeda arti jika yang
marah-marah adalah anak-anak. Jika permintaannya tidak dituruti misalnya,
langsung marah, melemparkan segala macam barang yang ada di dekatnya.
Seringkali hal ini membuat orang tua frustasi dan balik menyerang anaknya
dengan marah pula atau bahkan membalasnya dengan kekerasan, mencubit atau
memukul. Psikolog anak, Dr. Seto
Mulyadi, Spi. Msi. dalam bukunya "Membantu
Anak Balita Mengelola Amarahnya", menjabarkan beberapa
alasan utama kemarahan anak antara lain:
1. Janji Yang
Tidak Ditepati
Untuk
menyenangkan anak yang tengah merengek, orang tua seringkali spontan menyetujui
akan mengabulkan permintaan anak. Sayangnya janji tersebut sering tak
ditepati.
Solusi : Untuk memberi contoh dan mengajarkan rasa tanggung jawab
pada anak, orang tua perlu meminta maaf pada anak, terlebih dahulu.
Kemudian orang tua menjelaskan kenapa janji tersebut tidak ditepati, jangan
mudah memberi janji, karena anak terus mengingat janji tersebut, bahkan sampai
dewasa.
2. Mencari
Perhatian
Perlakuan
dan kata-kata adalah dua bentuk konkrit kasih sayang yang dimengerti
anak. Ketika anak merasa kasih sayang yang ditujukkan padanya belum
dirasa cukup, anak akan mencari perhatian orang tua. Marah, mungkin akan
ditafsirkan oleh anak-anak adalah cara yang efektif.
Solusi : Menghadapi kemarahan anak, orang tua perlu bersikap
tenang, menggunakan humor untuk mencairkan suasana, menggunakan kalimat yang
positif, untuk meyakinkan anak bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan
perhatian orang tua. Kesabaran orang tua adalah kuncinya. Memeluk
juga seringkali bisa merdakan kemarahan anak.
3. Dipaksa
Disiplin
Para
orang tua tentu akan membimbing putra-putrinya untuk tumbuh dengan menampilkan
tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang
berlaku. Maka Disiplin menjadi hal yang sangat mutlak. Sayangnya
disiplin itu cenderung diterapkan dengan bau militer, tegas keras dan
hukuman. Padahal peraturan yang ketat, tidak disukai anak, disiplin yang
keras hanya akan mendorong rasa terkekang dan rasa marah pada anak. Anak
hanya akan mengingat sisi negatif dari disiplin, yaitu hukuman.
Solusi : Pendisiplinan pada anak sebaiknya bersifat membangun dan
mengarahkan anak agar dapat belajar menentukan pilihannya sendiri secara
bijaksana. Pendisiplinan juga harus bersifat konsisten namun tidak dengan
kekerasan, baik dalam tutur kata, maupun hukumannya.
Tidak
semua kemarahan anak disebabkan beberapa hal di atas begitu juga penyelesaiannya.
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, cara mengatasinya pun
berbeda. Yang paling mengerti karakter anak tentu saja orang tua, jadi
solusi terbaik tentu saja tetap ditangan orang tua. Alhamdulillah..,
semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda.
Sebenarnya ada dua perasaan dasar yang
menyebabkan anak-anak memiliki sifat pemarah. yaitu:
1. Seorang anak memiliki kengintahuan
dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tapi seringkali kemampuannya
tidak sekuat keinginannya. Hal ini biasanya membuat ia kesal dan menuntunnya ke
arah frustasi yang diungkapkan dengan marah-marah.
2. Kemauan dan keinginannya untuk cepat
menjadi besar. Biasanya anak-anak akan merasakan hal ini jika orangtua sudah
melarang-larangnya dengan kata “tidak”. Karena ia belum bisa menguasai emosinya
secara logis, maka ia memilih mengekspresikannya ke luar melalui kemarahan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Analisis
Nama : Rizky Saputra
Umur : 4 tahun 6 bulan
Sekolah : PAUD Buah Hati
Jumlah
Saudara :3
Pekerjaan
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan
Ayah : Swasta
Rizky anak ke 3 dari 3 bersaudara kakaknya sudah
lulus SMA dan yg Satu masih bersekolah SMP, sehingga Rizky sangat disayang dan
dimanja oleh kedua orang tua dan kakak kakaknya semua keinginan Rizky bisa
terpenuhi dengan mudah dan apapun yang diinginkannya selalu dituruti.
Dilingkungan tempat Rizky tinggal banyak anak-anak yang usianya lebih tua dari
pada Rizky, sehingga Rizky pun sering berinteraksi dengan teman yang usianya
lebih tua darinya, dalam interaksi social itu Rizky kerap melihat dan mendengar
tingkah laku dan ucapan yang ia tidak lihat dirumah karena teman-teman itu
sudah berusia SD. Sehingga ketika dirumah Rizky kerap kali melakukan hal-hal
yang bisa dikatakan hal yang seharusnya dilakukan oleh usia diatasnya.
B. Sintesis (Kesimpulan Sementara)
Kesimpulan
sementara dari hasil analisis Rizky adalah Penyebab Rizky suka marah dan
mengamuk suka melempar barang karena ia merasa bahwa apa yang ia inginkan
selalu ia dapatkan, jadi apabila keinginan yang ia mau tidak dituruti ia akan
marah dan mengamuk sejadi jadinya. Karena selama ini ia selalu dimanja, namun juga
kadang karena emosi orang tua yang tidak terkontrol menyebabkan kemarahan Rizky
semakin menjadi apabila ia ditegur dengan cara yang kasar dan dengan bentakan.
Jadi apabila Rizky marah orang tua seharusnya bertindk sebaliknya yaitu dengan
cara hakus dan berbicara dengan lembut.
C. Diagnosis (Penyebab Utama)
Penyebab
utama kemarahn Rizky sehingga ia meluapkannya dengan cara mengamuk dan melempar
barang apa saja yang ada didekatnya
1.
Frustrasi.
Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami
hal ini. Misalnya, Rizky akan menjadi cepat marah manakala dia tidak bisa mencapai
sesuatu yang sangat dia inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu
rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak
2.
Lelah. Anak-anak yang
kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yang padat dan sedikit waktu
bermain akan membuat anak-anak cepat marah dan emosi.
3.
Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua
yang terlalu banyak mendikte dan mengekang anak, juga dapat berpengaruh bagi
emosinya. Anak-anak yang merasa jenuh dengan kekangan orangtuanya, suatu saat
akan mencapai titik puncak kejenuhan. Dan marah-marah adalah salah satu bentuk
ledakan tersebut.
4.
Sifat dasar anak yang emosional.
Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya. Mereka ini
cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.
5.
Keinginan tak dipenuhi.
Salah satu kesalahan yang sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu
mudahnya membujuk anak-anak dengan iming-iming. Menangis sedikit, anak dibujuk
dengan es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, dan
anak-anak mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu,
ia akan menangis dan mengamuk jika keinginan tersebut tidak segera dipenuhi
oleh orangtuanya.
D. Prognosis (Langkah Awal)
Langkah
awal cara mengatasi anak seperti Rizky
Mengatasi
anak-anak yang sedang mengamuk itu gampang-gampang susah. Penuh dilema. Tapi,
ada beberapa kiat yang bisa kita gunakan untuk mengatasi masalah ini.
1. Cari
tahu penyebabnya: Dengan mengetahui penyebab anak-anak mengamuk, kita akan mudah menentukan
langkah yang harus kita ambil dalam menghadapi mereka.
2. Jangan
ikut emosi: Biasanya orangtua akan ikut-ikutan menjadi emosi manakala
anak mereka mengamuk. Orangtua bisa memukul, mencubit, dsb. Apakah itu solusi?
Tidak. Anak-anak bukannya akan belajar mengatasi kemarahan mereka, tapi malah
semakin menganggap orangtuanya jahat.
3.
Abaikan dan ajari anak mengatasi
kemarahannya: Jangan turuti semua hal yang diinginkan pada saat itu
juga. Bersikap cuek dan tidak memperdulikan kemarahannya, sebenarnya adalah
cara yang sangat jitu untuk membuatnya tahu, bahwa kemarahannya tidak bisa
membeli keinginannya. Katakan padanya, bahwa hanya anak-anak yang menyampaikan
keinginan dengan cara yang baiklah yang akan mendapatkan keinginannya itu dari
Anda. Bukan dengan amukan, tangisan, bahkan berguling-guling. Sikap tegas dan
konsistensi Anda dengan sikap ini akan membuatnya berlatih lebih disiplin.
4.
Sudut diam: Dalam artian, bukan
mengurung anak di kamar mandi atau di gudang. Tidak perlu main kunci pintu atau
rantai. Cukup sediakan sebuah kursi yang Anda sebut sebagai kursi diam. Saat
mengamuk, dudukkan anak disana, dan ia tidak boleh kemana-mana sampai ia bisa
menenangkan diri. Boleh juga meminta anak untuk masuk ke kamarnya sendiri dan
menenangkan diri. Ia boleh keluar dan kembali menyapa Anda setelah ia tenang. Normalnya,
memasuki usia 5 tahun, saat anak-anak mulai bersekolah dan bergaul dengan teman
sebayanya, mereka telah mulai dapat mengatasi gejolak emosi mereka. Sesekali
mungkin marah, tapi, mereka lebih bisa menahan diri. Nah, jika dalam waktu
bertahun-tahun di masa sekolah mereka belum juga bisa mengatasi permasalahan
ini, ini kemungkinan besar menunjukkan bahwa anak-anak bermasalah dalam
emosinya. Bisa jadi, karena kesulitan belajar atau kesulitan bergaul dengan
lingkungannya. Dan Anda butuh untuk berkonsultasi pada ahlinya untuk mengatasi
masalah ini.
E.
Treadment
(Penanganan)
Menangani
kemarahan anak
Perilaku anak yang gampang marah ini, apalagi bila telah melewati masa temper
tantrum, tentu tak bisa dibiarkan. Orang-orang di sekeliling anak tentu tak
merasa nyaman dengan sikap ini. Tak ada perilaku yang tidak bisa diubah. Bahkan
walaupun merupakan keturunan, sifat pemarah tetap bisa diarahkan kepada
perilaku yang lebih baik. Ada
beberapa poin penting yang mesti diperhatikan orangtua dalam
menangani sifat pemarah anak.
Pertama, berikan contoh
bagaimana menyalurkan kemarahan dengan cara yang positif. “Apa yang dilihat dan
didengar anak setiap hari, itulah yang diserap dan diterapkannya. Kalau mau
anak ini berubah, ya suasana di rumahnya juga harus berubah. Sebisa mungkin
anak dijauhkan dari lingkungan yang negatif sehingga mereka punya model yang
bagus untuk perilaku mereka.
Kedua, binalah selalu
komunikasi yang baik dengan anak. Dengan komunikasi yang lancar dalam kondisi
apapun anak tetap bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya kepada orangtua,
walaupun yang ingin diungkapkannya adalah kemarahan. Dalam suasana ini pula
anak bisa dengan mudah diajak untuk belajar mengelola amarahnya dengan cara
yang lebih baik, tidak meledak-ledak dan melemparkan barang. Selain mengelola
amarah, ajarkan anak untuk memecahkan masalahnya tersebut.
Ketiga, menahan diri agar
jangan ikut terpancing marah. Menghadapi anak yang sedang marah, bisa memancing
kemarahan orangtua juga. Sebaiknya, saat anak marah, bila memungkinkan, biarkan
sejenak sementara kita juga menenangkan diri dahulu. Jangan sampai orangtua
menangani anak yang sedang marah dengan kemarahan juga, bahkan mungkin disertai
kekerasan fisik.
Setelah diri
tenang, barulah orangtua bisa menghadapi kemarahan anak dengan kepala
dingin.
Memang tidak mudah menghadapi anak yang gampang dan sering marah. Kesabaran dan
konsistensi adalah kuncinya.
Setiap anak berbeda, jadi yang terbaik adalah melakukan pendekatan uji coba: mencoba salah satu strategi di bawah ini dan amati bagaimana respon anak. Jika strategi itu cocok untuk anak Anda, fokuslah pada satu teknik tersebut dengan melatihnya berulang kali sampai anak Anda dapat menggunakannya sendiri.
Setiap anak berbeda, jadi yang terbaik adalah melakukan pendekatan uji coba: mencoba salah satu strategi di bawah ini dan amati bagaimana respon anak. Jika strategi itu cocok untuk anak Anda, fokuslah pada satu teknik tersebut dengan melatihnya berulang kali sampai anak Anda dapat menggunakannya sendiri.
1.
Ajarkan
pesan sederhana dan positif yang dapat dikatakan anak kepada dirinya sendiri
dalam situasi penuh tekanan. Contohnya: "Berhenti dan tenangkan
diri," atau, "Tetap tenang," atau, "Saya bisa atasi
ini."
2.
Lampiaskan.
Bantu anak menemukan cara paling efektif untuk mengatasi rasa marah dan dorong
dia menggunakan teknik tertentu. Dia dapat meremas-remas kertas, memukul
bantal, meninju sansak, melempar batu ke dinding (asal tidak membahayakan),
atau memukul dinding dengan bantal busa.
3.
Pergi
ke sudut yang tenang. Mintalah anak untuk membantu Anda menyiapkan tempat untuk
menenangkan diri. Letakkan beberapa barang seperti buku, pemutar musik, pena,
dan kertas, serta doronglah dia untuk menggunakan sudut itu untuk menenangkan
diri.
4.
Beritahu
anak untuk menuliskan atau menggambarkan apa yang membuatnya marah di selembar
kertas, lalu sobek-sobek kertas itu sampai kecil-kecil dan buang.
5.
Stop
dan tarik napas. Tunjukkan pada anak Anda cara menarik napas perlahan sampai
hitungan kelima, berhenti dua hitungan, kemudian perlahan-lahan buang napas
dengan cara yang sama sampai hitungan kelima. Pengulangannya menciptakan
relaksasi maksimum dan mengurangi stres yang dapat berubah menjadi rasa marah.
6.
Bayangkan
tempat yang tenang. Minta anak memikirkan tempat yang terasa tenang, rileks,
dan aman (pantai, tempat tidurnya, halaman belakang rumah kakek, rumah pohon).
Beritahu dia bahwa begitu dia merasakan sinyal akan marah, dia harus menutup
mata dan membayangkan tempat tersebut sambil bernafas perlahan.
Dari beberapa strategi
yang telah dijelaskan diatas, strategi yang tepat untuk Rizky atau yang paling
efektif adalah strategi nomor 2, ketika ia marah dan ingin membuang barang atau
mengamuk alihkan perhatian dengan cara yang lembut dan tidak membentak dengan
cara melempar barang yang tidak berbahaya missal melempar bola kedalam
keranjang, atau melempar batu kea rah yang jauh sekali dan pastikan tidak akan
mengenai orang lain.
Dan dari beberapa strategi tersebut bisa
juga kita menerapkan strategi berikut ini pada anak yang suka mengamuk dan
membuang barang seperti Rizky.
1.
Menyetop tingkah laku merusak anak anda,
misalnya dengan cara melarang atau mengambil benda yang sedang dirusak dengan
segera, dengan pendekatan yang tetap hangat dan bersahabat, namun perlu diingat
jika barang berbahaya yang akan dirusak oleh anak anda maka orang tua
atau pendidik harus sigap (cekatan bertindak).
Pada
saat Rizky marah dan ingin membuang barang kita harus dengan sigap melarang dan
mengambil benda iru engan tiak berbicara kasar.
2.
Mendekati anak anda dan kemudian
menegurnya, memberikan pembinaan (berupa nasehat, perjanjian).
Setelah
kita melakukan pendektan agar ia tidak melempar barang tegur ia dengan
kata-kata yang baik dan gampang untuk ipahami olehnya, buatlah suatu perjanjian
jika ia membuang barang lagi maka ia akan diberi sangsi, missal, tidak boleh
bermain sepeda lagi atau dll.
3.
Nyaman. Orang tua dapat memahamkan pada
anaknya jika meluapkan keinginan ada cara-cara yang lebih tepat.
Pada
saat ia marah buatlah ia mencari alternative kemarahannya engan hal hal yang
lain, seperti yang telah disebutkan kita bias mengalihkannya dengan melempar
bola kedalam keranjang, yang juga dapat membantu perkembangan motorik kasarnya.
4.
Suruh anak anda menenangkan dirinya
apabila merusak diiringi marah.
Bila
anak marah kita bias memberi penguatan dengan cara, anak pintar tidak boleh
marah, tiak boleh membuang barang itu namanya tidak pintar dll, sehingga anak
dapat lebih menenangkan dirinya pada saat ia sedang marah.
5.
Pahami tingkah laku anak anda dengan
cara mencari tahu penyebab tingkah lakunya, orang tua memberi hukuman dan
hadiah dari perilaku anak Orangtua meminta anaknya untuk menjelaskan alasan
pengerusakannya, hal ini untuk memunculkan rasa tanggungjawab dan rasa bersalah
pada anak anda, dan pola komunikasi agar anak anda merasa tenang.
Setelah traitment ini diterapkan kepada
Rizky, ada perubahan pada diri Rizky, ketika ia marah ia tidak akan membuang
barang barang yang ada disekitarnya dengan sangat emosi, walaupun masih, tetapi
frekuensinya lebih berkurang dari sebelum dilakukan traitment, ketika ia sangat
merasa marah ia akan membuang batu sejauh-jauhnya, atau melemparkan bola karet
miliknya. Tetapi setelah diberikan penguatan penguatan ia akan lebih bias
mengendalikan dirinya ketika marah,. Jelas jauh lebih baik setelah Rizky
mendapatkan traitment.
Sifat marah/emosi memang lumrah dimiliki
manusia terlebih oleh anak-anak yang belum memahami bagaimana ia harus
menyalurkan kemarahannya, sehingga orangtualah dan kita orang dewasa yang ada
disekitarnya yang harus memberikan pengertian dan bimbingan kepada anak..
BAB
IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Perilaku yang
ditunjukkan oleh seorang anak merupakan cerminan dari apa yang dia lihat dan
rasakan dari lingkungan sekitarnya. Bila anak mempunyai perilaku suka memukul,
mungkin memang hal wajar dari seorang anak. Namun jika perilaku ini terus menerus
dibiarkan akan menjadi kebiasaan dan bahkan menjadi bagian dari hidup anak
sampai mereka dewasa nanti. Perilaku suka memukul ini juga disebabkan karena
dampak didikan orang tua yang salah.
2.
Saran
Perilaku suka memukul
adalah perilaku yang akan merugikan bagi anak dan orang disekeliling anak. Kita
sebagai orang dewasa terutama untuk para orang tua dan guru harus berberan
penting dalam memberikan pendidikan serta bimbingan kepada anak dalam rangka
membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Hendaknya orang tua dan guru yang
paling disegani oleh anak untuk menerapkan keteladanan dalam berbagai hal.
Karena anak belajar dari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan apa yang ia
rasakan saat itu. Keteladanan dan contoh yang baik merupakan sugesti positif yang
akan sangat bermakna bagi sang anak.
Orang tua
dan guru harus selalu mengawasi, membimbing apa yang anak lakukan, tanpa harus
memberikan hukuman fisik yang membuat anak tidak mengerti mana perilaku yang
baik yang bisa dilakukannya (berprilaku buruk).
DAFTAR
PUSTAKA
Sal
Severe, Ph.D. (2002) Bagaimana Bersikap
Pada Anak Agar Anak Prasekolah Anda Bersikap Baik. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Seto
Mulyadi (Kak Seto). (2004) Membantu Anak
Balita Mengelola Amarahnya. Erlangga.
Ray
Levy, Bill O’Hanlon, Tyler Norris Goode. (2002) Cara Membesarkan Anak Yang Suka Melawan Tanpa Harus Hilang Kesabaran.
PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar