Sabtu, 14 Desember 2013

BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI ANAK YANG PEMARAH DAN SUKA MEMBUANG BARANG


BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI
ANAK YANG PEMARAH DAN SUKA MEMBUANG BARANG








OLEH :
DWI CAHYOWATI
NIM. 1105125033














FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak adalah seorang yang bersih dan suci, Anak adalah peniru yang paling sempurna. Sehingga pada dasarnya apa yang dilakukan oleh seorang anak, merupakan hal-hal yang ditirunya dari lingkungannya, baik orang tua maupun teman-teman dan saudaranya. Termasuk di dalamnya  tentu saja, perilaku-perilaku buruk anak, seperti  suka memukul, mudah marah-marah, mengeluarkan kata-kata kotor bahkan meludah. Apabila Anda menghadapi masalah pada perilaku anak, seperti mengacak-acak rumah, memecahkan barang-barang. Mencoret-coret dinding, meruakkan barang koleksi Anda, atau apapun yang ‘membuat Anda pusing’, semestinya orang tua berusaha membimbing anaknya dengan sabar. Kendati demikian tidak semua orang tua memiliki kadar kesabaran yang sama. Ketidaksabaran ini membuat sebagian orang tua mempraktekan cara-cara singkat seperti memarahi, membentak sampai memukul, untuk menghentikan berbagai kenakalan anaknya tersebut. Ingatlah bahwa “Anak adalah anugerah”, banyak keluarga yang tidak dikarunia anak. Jika anak adalah anugerah tentunya Anda wajib mensyukurinya, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kewajiban Anda untuk mendidikanya dengan baik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa: 1) Bentakan dan kemarahan hanya akan membuat anak Anda tidak merasa dekat dengan Anda; 2) Kelainan Jiwa pada anak dapat disebabkan karena kekerasan pada anak; 3)Dengan kekerasan, mereka hanya berhenti melakukannya sesaat, setelah itu dia akan mengulanginya tanpa sepengetahuan Anda. Redam Amarah Karena hal ini merupakan langkah yang sangat penting untuk membuat Anda bijak. Hasil yang didapatkan dari sebuah kemarahan yang tak terkendali hanyalah kerusakan. Kerusakan pada diri Anda dan pada diri anak sendiri. Peneliti Dave Meier mengungkapkan bahwa otak manusia terdiri atas 3 susunan, yakni: otak reptile, otak mamalia dan otak neokorteks. Otak reptile berfungsi mengatur system reflek dan pertahanan (detak jantung, sikap melawan dan mempertahankan diri). Otak mamalia berfungsi mengatur pergerakan emosi. Otak neokortek berfungsi untuk proses berpikir kreatif dan logika. Ketida otak ini bekerja secara bergantian. Sehingga apabila reaksi yang diterima adalah negative, maka secara otomatid otak reptile bekerja, seperti memukul, membentak, membantung dan sebagainya. Oleh karenanya sangat dianjurkan pada kita – orang tua, untuk lebih bijak mengendalikan rasa marah kepada anak. Karena hal tersebut merugikan kedua belah pihak

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskanmaalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara mentraidment anak yang pemarah dan mengamuk?










BAB II
DASAR TEORI

A.    Mengetahui Sebab Dasar Anak Memili Sifat Pemarah
Marah memang terkait dengan emosi yang tidak terkendali.  Tetapi mungkin agak sedikit berbeda arti jika yang marah-marah adalah anak-anak.  Jika permintaannya tidak dituruti misalnya, langsung marah, melemparkan segala macam barang yang ada di dekatnya.  Seringkali hal ini membuat orang tua frustasi dan balik menyerang anaknya dengan marah pula atau bahkan membalasnya dengan kekerasan, mencubit atau memukul. Psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, Spi. Msi. dalam bukunya "Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya", menjabarkan beberapa alasan utama kemarahan anak antara lain:
1.      Janji Yang Tidak Ditepati
Untuk menyenangkan anak yang tengah merengek, orang tua seringkali spontan menyetujui akan mengabulkan permintaan anak.  Sayangnya janji tersebut sering tak ditepati.
Solusi : Untuk memberi contoh dan mengajarkan rasa tanggung jawab pada anak, orang tua perlu meminta maaf pada anak, terlebih dahulu.  Kemudian orang tua menjelaskan kenapa janji tersebut tidak ditepati, jangan mudah memberi janji, karena anak terus mengingat janji tersebut, bahkan sampai dewasa.
2.      Mencari Perhatian
Perlakuan dan kata-kata adalah dua bentuk konkrit kasih sayang yang dimengerti anak.  Ketika anak merasa kasih sayang yang ditujukkan padanya belum dirasa cukup, anak akan mencari perhatian orang tua.  Marah, mungkin akan ditafsirkan oleh anak-anak adalah cara yang efektif.
Solusi : Menghadapi kemarahan anak, orang tua perlu bersikap tenang, menggunakan humor untuk mencairkan suasana, menggunakan kalimat yang positif, untuk meyakinkan anak bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan perhatian orang tua.  Kesabaran orang tua adalah kuncinya.  Memeluk juga seringkali bisa merdakan kemarahan anak.

3.      Dipaksa Disiplin
Para orang tua tentu akan membimbing putra-putrinya untuk tumbuh dengan menampilkan tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku.  Maka Disiplin menjadi hal yang sangat mutlak.  Sayangnya disiplin itu cenderung diterapkan dengan bau militer, tegas keras dan hukuman.  Padahal peraturan yang ketat, tidak disukai anak, disiplin yang keras hanya akan mendorong rasa terkekang dan rasa marah pada anak.  Anak hanya akan mengingat sisi negatif dari disiplin, yaitu hukuman.
Solusi : Pendisiplinan pada anak sebaiknya bersifat membangun dan mengarahkan anak agar dapat belajar menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana.  Pendisiplinan juga harus bersifat konsisten namun tidak dengan kekerasan, baik dalam tutur kata, maupun hukumannya.
Tidak semua kemarahan anak disebabkan beberapa hal di atas begitu juga penyelesaiannya.  Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, cara mengatasinya pun berbeda.  Yang paling mengerti karakter anak tentu saja orang tua, jadi solusi terbaik tentu saja tetap ditangan orang tua.  Alhamdulillah.., semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda. 
      Sebenarnya ada dua perasaan dasar yang menyebabkan anak-anak memiliki sifat pemarah. yaitu:
1.      Seorang anak memiliki kengintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tapi seringkali kemampuannya tidak sekuat keinginannya. Hal ini biasanya membuat ia kesal dan menuntunnya ke arah frustasi yang diungkapkan dengan marah-marah.
2.      Kemauan dan keinginannya untuk cepat menjadi besar. Biasanya anak-anak akan merasakan hal ini jika orangtua sudah melarang-larangnya dengan kata “tidak”. Karena ia belum bisa menguasai emosinya secara logis, maka ia memilih mengekspresikannya ke luar melalui kemarahan.














BAB III
PEMBAHASAN
A.    Analisis
Nama                           : Rizky Saputra
Umur                           : 4 tahun 6 bulan
Sekolah                       : PAUD Buah Hati
Jumlah Saudara           :3
Pekerjaan Ibu              : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah           : Swasta

Rizky anak ke 3 dari 3 bersaudara kakaknya sudah lulus SMA dan yg Satu masih bersekolah SMP, sehingga Rizky sangat disayang dan dimanja oleh kedua orang tua dan kakak kakaknya semua keinginan Rizky bisa terpenuhi dengan mudah dan apapun yang diinginkannya selalu dituruti. Dilingkungan tempat Rizky tinggal banyak anak-anak yang usianya lebih tua dari pada Rizky, sehingga Rizky pun sering berinteraksi dengan teman yang usianya lebih tua darinya, dalam interaksi social itu Rizky kerap melihat dan mendengar tingkah laku dan ucapan yang ia tidak lihat dirumah karena teman-teman itu sudah berusia SD. Sehingga ketika dirumah Rizky kerap kali melakukan hal-hal yang bisa dikatakan hal yang seharusnya dilakukan oleh usia diatasnya.


B.     Sintesis (Kesimpulan Sementara)
         Kesimpulan sementara dari hasil analisis Rizky adalah Penyebab Rizky suka marah dan mengamuk suka melempar barang karena ia merasa bahwa apa yang ia inginkan selalu ia dapatkan, jadi apabila keinginan yang ia mau tidak dituruti ia akan marah dan mengamuk sejadi jadinya. Karena selama ini ia selalu dimanja, namun juga kadang karena emosi orang tua yang tidak terkontrol menyebabkan kemarahan Rizky semakin menjadi apabila ia ditegur dengan cara yang kasar dan dengan bentakan. Jadi apabila Rizky marah orang tua seharusnya bertindk sebaliknya yaitu dengan cara hakus dan berbicara dengan lembut.


C.    Diagnosis (Penyebab Utama)
Penyebab utama kemarahn Rizky sehingga ia meluapkannya dengan cara mengamuk dan melempar barang apa saja yang ada didekatnya
1.      Frustrasi. Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami hal ini. Misalnya, Rizky akan menjadi cepat marah manakala dia tidak bisa mencapai sesuatu yang sangat dia inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak
2.      Lelah. Anak-anak yang kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yang padat dan sedikit waktu bermain akan membuat anak-anak cepat marah dan emosi.
3.      Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua yang terlalu banyak mendikte dan mengekang anak, juga dapat berpengaruh bagi emosinya. Anak-anak yang merasa jenuh dengan kekangan orangtuanya, suatu saat akan mencapai titik puncak kejenuhan. Dan marah-marah adalah salah satu bentuk ledakan tersebut.
4.      Sifat dasar anak yang emosional. Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya. Mereka ini cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.
5.      Keinginan tak dipenuhi. Salah satu kesalahan yang sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu mudahnya membujuk anak-anak dengan iming-iming. Menangis sedikit, anak dibujuk dengan es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, dan anak-anak mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu, ia akan menangis dan mengamuk jika keinginan tersebut tidak segera dipenuhi oleh orangtuanya.

D.    Prognosis (Langkah Awal)
Langkah awal cara mengatasi anak seperti Rizky
Mengatasi anak-anak yang sedang mengamuk itu gampang-gampang susah. Penuh dilema. Tapi, ada beberapa kiat yang bisa kita gunakan untuk mengatasi masalah ini.
1.      Cari tahu penyebabnya: Dengan mengetahui penyebab anak-anak      mengamuk, kita akan mudah menentukan langkah yang harus kita ambil dalam menghadapi mereka.
2.      Jangan ikut emosi: Biasanya orangtua akan ikut-ikutan menjadi emosi manakala anak mereka mengamuk. Orangtua bisa memukul, mencubit, dsb. Apakah itu solusi? Tidak. Anak-anak bukannya akan belajar mengatasi kemarahan mereka, tapi malah semakin menganggap orangtuanya jahat.
3.      Abaikan dan ajari anak mengatasi kemarahannya: Jangan turuti semua hal yang diinginkan pada saat itu juga. Bersikap cuek dan tidak memperdulikan kemarahannya, sebenarnya adalah cara yang sangat jitu untuk membuatnya tahu, bahwa kemarahannya tidak bisa membeli keinginannya. Katakan padanya, bahwa hanya anak-anak yang menyampaikan keinginan dengan cara yang baiklah yang akan mendapatkan keinginannya itu dari Anda. Bukan dengan amukan, tangisan, bahkan berguling-guling. Sikap tegas dan konsistensi Anda dengan sikap ini akan membuatnya berlatih lebih disiplin.
4.      Sudut diam: Dalam artian, bukan mengurung anak di kamar mandi atau di gudang. Tidak perlu main kunci pintu atau rantai. Cukup sediakan sebuah kursi yang Anda sebut sebagai kursi diam. Saat mengamuk, dudukkan anak disana, dan ia tidak boleh kemana-mana sampai ia bisa menenangkan diri. Boleh juga meminta anak untuk masuk ke kamarnya sendiri dan menenangkan diri. Ia boleh keluar dan kembali menyapa Anda setelah ia tenang. Normalnya, memasuki usia 5 tahun, saat anak-anak mulai bersekolah dan bergaul dengan teman sebayanya, mereka telah mulai dapat mengatasi gejolak emosi mereka. Sesekali mungkin marah, tapi, mereka lebih bisa menahan diri. Nah, jika dalam waktu bertahun-tahun di masa sekolah mereka belum juga bisa mengatasi permasalahan ini, ini kemungkinan besar menunjukkan bahwa anak-anak bermasalah dalam emosinya. Bisa jadi, karena kesulitan belajar atau kesulitan bergaul dengan lingkungannya. Dan Anda butuh untuk berkonsultasi pada ahlinya untuk mengatasi masalah ini.







E.     Treadment (Penanganan)
Menangani kemarahan anak
            Perilaku anak yang gampang marah ini, apalagi bila telah melewati masa temper tantrum, tentu tak bisa dibiarkan. Orang-orang di sekeliling anak tentu tak merasa nyaman dengan sikap ini. Tak ada perilaku yang tidak bisa diubah. Bahkan walaupun merupakan keturunan, sifat pemarah tetap bisa diarahkan kepada perilaku yang lebih baik. Ada beberapa poin penting yang mesti diperhatikan orangtua dalam menangani sifat pemarah anak. 
            Pertama, berikan contoh bagaimana menyalurkan kemarahan dengan cara yang positif. “Apa yang dilihat dan didengar anak setiap hari, itulah yang diserap dan diterapkannya. Kalau mau anak ini berubah, ya suasana di rumahnya juga harus berubah. Sebisa mungkin anak dijauhkan dari lingkungan yang negatif sehingga mereka punya model yang bagus untuk perilaku mereka.
            Kedua, binalah selalu komunikasi yang baik dengan anak. Dengan komunikasi yang lancar dalam kondisi apapun anak tetap bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya kepada orangtua, walaupun yang ingin diungkapkannya adalah kemarahan. Dalam suasana ini pula anak bisa dengan mudah diajak untuk belajar mengelola amarahnya dengan cara yang lebih baik, tidak meledak-ledak dan melemparkan barang. Selain mengelola amarah, ajarkan anak untuk memecahkan masalahnya tersebut. 
            Ketiga, menahan diri agar jangan ikut terpancing marah. Menghadapi anak yang sedang marah, bisa memancing kemarahan orangtua juga. Sebaiknya, saat anak marah, bila memungkinkan, biarkan sejenak sementara kita juga menenangkan diri dahulu. Jangan sampai orangtua menangani anak yang sedang marah dengan kemarahan juga, bahkan mungkin disertai kekerasan fisik. Setelah diri tenang, barulah orangtua bisa menghadapi kemarahan anak dengan kepala dingin. 
            Memang tidak mudah menghadapi anak yang gampang dan sering marah. Kesabaran dan konsistensi adalah kuncinya.        

Setiap anak berbeda, jadi yang terbaik adalah melakukan pendekatan uji coba: mencoba salah satu strategi di bawah ini dan amati bagaimana respon anak. Jika strategi itu cocok untuk anak Anda, fokuslah pada satu teknik tersebut dengan melatihnya berulang kali sampai anak Anda dapat menggunakannya sendiri.
1.       Ajarkan pesan sederhana dan positif yang dapat dikatakan anak kepada dirinya sendiri dalam situasi penuh tekanan. Contohnya: "Berhenti dan tenangkan diri," atau, "Tetap tenang," atau, "Saya bisa atasi ini."
2.       Lampiaskan. Bantu anak menemukan cara paling efektif untuk mengatasi rasa marah dan dorong dia menggunakan teknik tertentu. Dia dapat meremas-remas kertas, memukul bantal, meninju sansak, melempar batu ke dinding (asal tidak membahayakan), atau memukul dinding dengan bantal busa.
3.       Pergi ke sudut yang tenang. Mintalah anak untuk membantu Anda menyiapkan tempat untuk menenangkan diri. Letakkan beberapa barang seperti buku, pemutar musik, pena, dan kertas, serta doronglah dia untuk menggunakan sudut itu untuk menenangkan diri.
4.       Beritahu anak untuk menuliskan atau menggambarkan apa yang membuatnya marah di selembar kertas, lalu sobek-sobek kertas itu sampai kecil-kecil dan buang.
5.       Stop dan tarik napas. Tunjukkan pada anak Anda cara menarik napas perlahan sampai hitungan kelima, berhenti dua hitungan, kemudian perlahan-lahan buang napas dengan cara yang sama sampai hitungan kelima. Pengulangannya menciptakan relaksasi maksimum dan mengurangi stres yang dapat berubah menjadi rasa marah.
6.       Bayangkan tempat yang tenang. Minta anak memikirkan tempat yang terasa tenang, rileks, dan aman (pantai, tempat tidurnya, halaman belakang rumah kakek, rumah pohon). Beritahu dia bahwa begitu dia merasakan sinyal akan marah, dia harus menutup mata dan membayangkan tempat tersebut sambil bernafas perlahan.

Dari beberapa strategi yang telah dijelaskan diatas, strategi yang tepat untuk Rizky atau yang paling efektif adalah strategi nomor 2, ketika ia marah dan ingin membuang barang atau mengamuk alihkan perhatian dengan cara yang lembut dan tidak membentak dengan cara melempar barang yang tidak berbahaya missal melempar bola kedalam keranjang, atau melempar batu kea rah yang jauh sekali dan pastikan tidak akan mengenai orang lain.
Dan dari beberapa strategi tersebut bisa juga kita menerapkan strategi berikut ini pada anak yang suka mengamuk dan membuang barang seperti Rizky.

1.      Menyetop tingkah laku merusak anak anda, misalnya dengan cara melarang atau mengambil benda yang sedang dirusak dengan segera, dengan pendekatan yang tetap hangat dan bersahabat, namun perlu diingat jika barang berbahaya yang akan dirusak  oleh anak anda maka orang tua atau pendidik harus sigap (cekatan bertindak).
Pada saat Rizky marah dan ingin membuang barang kita harus dengan sigap melarang dan mengambil benda iru engan tiak berbicara kasar.

2.      Mendekati anak anda dan kemudian menegurnya, memberikan pembinaan (berupa nasehat, perjanjian).
Setelah kita melakukan pendektan agar ia tidak melempar barang tegur ia dengan kata-kata yang baik dan gampang untuk ipahami olehnya, buatlah suatu perjanjian jika ia membuang barang lagi maka ia akan diberi sangsi, missal, tidak boleh bermain sepeda lagi atau dll.
3.      Nyaman. Orang tua dapat memahamkan pada anaknya jika meluapkan keinginan ada cara-cara yang lebih tepat.
Pada saat ia marah buatlah ia mencari alternative kemarahannya engan hal hal yang lain, seperti yang telah disebutkan kita bias mengalihkannya dengan melempar bola kedalam keranjang, yang juga dapat membantu perkembangan motorik kasarnya.
4.      Suruh anak anda menenangkan dirinya apabila merusak diiringi marah.
Bila anak marah kita bias memberi penguatan dengan cara, anak pintar tidak boleh marah, tiak boleh membuang barang itu namanya tidak pintar dll, sehingga anak dapat lebih menenangkan dirinya pada saat ia sedang marah.
5.      Pahami tingkah laku anak anda dengan cara mencari tahu penyebab tingkah lakunya, orang tua memberi hukuman dan hadiah dari perilaku anak Orangtua meminta anaknya untuk menjelaskan alasan pengerusakannya, hal ini untuk memunculkan rasa tanggungjawab dan rasa bersalah pada anak anda, dan pola komunikasi agar anak anda merasa tenang.


Setelah traitment ini diterapkan kepada Rizky, ada perubahan pada diri Rizky, ketika ia marah ia tidak akan membuang barang barang yang ada disekitarnya dengan sangat emosi, walaupun masih, tetapi frekuensinya lebih berkurang dari sebelum dilakukan traitment, ketika ia sangat merasa marah ia akan membuang batu sejauh-jauhnya, atau melemparkan bola karet miliknya. Tetapi setelah diberikan penguatan penguatan ia akan lebih bias mengendalikan dirinya ketika marah,. Jelas jauh lebih baik setelah Rizky mendapatkan traitment.
Sifat marah/emosi memang lumrah dimiliki manusia terlebih oleh anak-anak yang belum memahami bagaimana ia harus menyalurkan kemarahannya, sehingga orangtualah dan kita orang dewasa yang ada disekitarnya yang harus memberikan pengertian dan bimbingan kepada anak..




BAB IV
PENUTUP



1.      Kesimpulan
      Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak merupakan cerminan dari apa yang dia lihat dan rasakan dari lingkungan sekitarnya. Bila anak mempunyai perilaku suka memukul, mungkin memang hal wajar dari seorang anak. Namun jika perilaku ini terus menerus dibiarkan akan menjadi kebiasaan dan bahkan menjadi bagian dari hidup anak sampai mereka dewasa nanti. Perilaku suka memukul ini juga disebabkan karena dampak didikan orang tua yang salah.

2.      Saran
      Perilaku suka memukul adalah perilaku yang akan merugikan bagi anak dan orang disekeliling anak. Kita sebagai orang dewasa terutama untuk para orang tua dan guru harus berberan penting dalam memberikan pendidikan serta bimbingan kepada anak dalam rangka membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Hendaknya orang tua dan guru yang paling disegani oleh anak untuk menerapkan keteladanan dalam berbagai hal. Karena anak belajar dari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan apa yang ia rasakan saat itu. Keteladanan dan contoh yang baik merupakan sugesti positif yang akan sangat bermakna bagi sang anak.
      Orang tua dan guru harus selalu mengawasi, membimbing apa yang anak lakukan, tanpa harus memberikan hukuman fisik yang membuat anak tidak mengerti mana perilaku yang baik yang bisa dilakukannya (berprilaku buruk).

















DAFTAR PUSTAKA

Sal Severe, Ph.D. (2002) Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Prasekolah Anda Bersikap Baik. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Seto Mulyadi (Kak Seto). (2004) Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Erlangga.
Ray Levy, Bill O’Hanlon, Tyler Norris Goode. (2002) Cara Membesarkan Anak Yang Suka Melawan Tanpa Harus Hilang Kesabaran. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar