Sabtu, 14 Desember 2013

BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI ANAK YANG SUKA MEMUKUL (NURUL AINIATI JAMILAH)




BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI
ANAK YANG SUKA MEMUKUL








OLEH :
NURUL AINIATI JAMILAH
NIM. 1105125006














FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013





BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
            Anak merupakan titipan terindah dari Allah SWT, semua yang berkaitan dengan anak adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua. Banyak prilaku-prilaku anak yang tidak baik yang sebenarnya terkadang mereka tidak mengerti dengan apa yang mereka lakukan itu baik atau buruk. Semua itu terjadi karena pengaruh lingkungan disekitar mereka, dan kurangnya pengawasan dari orang tua. Anak – anak cenderung memiliki sifat modeling (meniru) karena anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat tanpa bisa menyaring baik maupun buruknya sesuatu. Seperti halnya memukul (mencubit) dan mengejek teman merupakan tingkah laku atau sikap anak yang didapat dari pengelihatan mereka, atau bahkan dari keseharian mereka dirumah. Memukul (mencubit) merupakan tindakan fisik yang dapat menyakiti, menciderai atau melukai orang lain. Kemudian mengejek, mengejek merupakan prilaku mencela dan mempermalukan bukan hanya kepada keadaan atau perbuatan namun juga kepada suatu subyek dengan merendahkan orang lain.

2.      Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana cara kita memberikan treatment kepada anak yang suka memukul?.



BAB II
DASAR TEORI

            Menurut Rahmitha P. Soendjojo, perilaku suka memukul pada anak biasanya muncul pada anak yang belum bisa bicara atau baru mulai belajar berbicara. “perbendaharaan katanya masih sangat terbatas, sehingga memukul menjadi salah satu bahasa untuk menyatakan keinginannya maupun ketika ia merasa kurang nyaman atau tak aman,".
                         Menurut Rahmitha, memukul atau perilaku agresif lainnya adalah reaksi alamiah ketika seseorang merasa kesal, marah, atau frustrasi. Begitu pula yang dialami batita Anda. Jadi, wajar saja bila ia memukul atau dipukul anak lain. Tapi bukan berarti Anda boleh mengijinkan ia memukul. Anda tetap tak boleh membiarkan ia memukul, hanya karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui hal yang baik. Memang, masih cukup sulit baginya untuk mengerti perbedaan benar dan salah, tapi ia sepenuhnya akan mengerti mana tingkah laku yang Anda inginkan dan mana tingkah laku yang Anda larang.
Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.  
                        Perilaku memukul, menurut Rahmitha, juga bisa terjadi pada anak yang punya energi berlebihan. "Jika ia banyak dilarang sementara energinya tetap ada dan ia tak tahu cara menyalurkannya, akibatnya ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya," tutur lulusan Fakultas Psikologi Unpad ini. Begitu pula dengan anak-anak yang terluka, entah karena marah, kesal, kecewa, atau sedih, dan ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan-perasaanitu.

                Lisa Berlin, pimpinan penelitian dari Center for Child and Family Policy, Duke University, dan koleganya, menjumpai bahwa anak yang dipukul pada usia satu tahun cenderung memiliki perilaku lebih agresif pada usia dua tahun. Anak-anak ini pun pada pengukuran kemampuan berpikir di usia tiga tahun tidak menunjukkan sebaik anak lain yang tidak dipukul. Studi tersebut dipublikasikan pada jurnal Child Development seperti dikuti CNN Health.
            Menurut  Eileen Kennedy-Moore, Ph. D, psikolog anak dan penulis buku What About Me? 12 Ways to Get Your Parents’ Attention Without Hitting Your Sister, kebiasaan orangtua yang mengatakan kata “jangan”, “tidak”, kepada anaknya menjadi salah satu penyebab anak suka memukul. Karena semakin kamu melarang si kecil, maka rasa penasaran akan menyelimutinya dan mempraktekkannya. Jadi mulailah mengurangi pemakaian kata yang mengandung makna melarang. Berikan pengertian bahwa memukul itu akan menyakiti orang
Menurut Asih Minarni Cahyaningrum S. Psi., Psikolog,  memukul itu sebenarnya adalah suatu reaksi alami dari anak apabila sedang merasa marah, kesal atau frustasi. Serta dialami oleh balita yang aktif karena mereka masih dalam taraf perkembangan. Jadi tidak aneh jika diperhatikan di usia ini, anak-anak sering memukul. Hal ini bisa dimaklumi karena anak atau balita belum tahu cara yang tepat dalam mengekspresikan rasa kesal dan marah, terutama bagi anak.
            Menurut Elly Risman, PSi, pukulan menjadi tidak bermakna kalau terlalu sering dilakukan. Kalaupun terpaksa dilakukan, jelaskan alasannya. Jangan memukul kalau hanya bertujuan untuk menyakiti. Meski demikian, Elly sangat menentang anak dipukul.








Menurut dr. Setyo Handryastuti, SpA(K), Anak suka memukul tentu tidak baik, namun belum tentu merupakan gejala hiperaktif karena semua anak balita –apalagi laki-laki– selalu aktif karena masih dalam taraf perkembangan. Yang dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaannya adalah:
1.      Coba amati, apakah anak terpapar perilaku kekerasan, misalnya pengaruh televisi, game, CD, atau orang di sekelilingnya yang menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah? Jika ada, hindari paparan tersebut karena anak sangat mudah meniru.
2.      Apakah anak sudah mengerti jika diajak bicara? Jika dia belum mengerti pembicaraan orang lain, segera konsultasi ke dokter anak karena problem interaksi/komunikasi akan menyebabkan problem tingkah laku. Sebaliknya jika anak sudah mengerti diajak bicara, Anda bisa menerapkan hal-hal di bawah ini.
3.      Bantu anak untuk mengungkapkan emosinya, karena kemampuan bicara anak 15 bulan belum optimal sehingga tidak dapat mengungkapkan emosi dengan kata-kata. Beri contoh dan latih anak untuk mengungkapkan emosi dengan ekspresi yang sesuai, seperti memeluk atau bertepuk tangan untuk rasa senang, atau menangis untuk rasa sedih. Tunjukkan ekpresi wajah seseorang jika sedang marah. Bila anak sedang marah, coba tanyakan kenapa dia marah, lalu bantu mencari penyelesaiannya.
4.      Beritahu anak bahwa memukul karena iseng itu tidak baik dan tidak boleh dia lakukan. Kalau dia masih juga melakukannya, Anda dapat memberinya hukuman seperti tidak boleh menonton acara televisi kesenangannya.
Menurut Rikho Kusworo Anak, baik laki laki atau perempuan, menjadi agresif karena dalam pandangan mereka hanya dengan memukul dan berkelahi lah satu satunya cara memecahkan masalah. Orang tua perlu menanamkan pola asuh pemecahan masalah dengan kata kata dan berkompromi, bukan dengan agresivitas dan memukul.
 Mengajarkan anak untuk mengungkapkan kebutuhan dan perasaannya menjadi sangat penting. Namun demikian anak balita tidak akan dapat sepenuhnya mengendalikan kemarahan. Adalah tugas orang tua untuk untuk mengajarkan bagaimana mengendalikan kemarahan, memahami penyebabnya, dan menyalurkannya secara positif.
Menurut sosiolog Prof. Murray Straus, makin tinggi persentase orang tua memberi hukuman fisik kepada anaknya, maka semakin rendah IQ anak. Bahkan semakin sering orang tua memukul anak akan membuat perkembangan mental anak akan menjadi lambat. Anak yang sering mendapat perlakuan kasar maupun keras dari orang tuanya akan membuat anak minder, tidak mau bergaul dengan teman sebayanya dan maunya mengurung diri atau bermain sendiri di kamar.
Psikolog Dr. Rahli Briggs dari New York mengatakan, berdisiplin merupakan kesempatan baik untuk mengajarkan sesuatu kepada anak. Tetapi bila orang tua memukul, maka dia akan mengajari anak bahwa dengan cara kekerasan itu akan menyelesaikan masalah atau untuk menangani suatu situasi. Jangan sampai budaya kekerasan diterapkan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hasil studi menunjukkan bahwa stres mengubah arsitektur otak anak dan merusak saraf tertentu. Jadi, kalau orang tua tahunya hanya memukul, maka itu sama saja dia tidak mengajarkan apa-apa tentang kebaikan. Mulai sekarang bila hendak mengajarkan anak, jadikan dia sebagai teman kita. Jauhkan segala sesuatu yang bersifat kekerasan. Dengan penuh kasih sayang dalam mengajar anak-anak, maka kita telah menciptakan budaya senyum tanpa kekerasan dalam rumah tangga.






Beberapa cara mengatasi anak yang suka memukul :
·         Time-out, Ini cara yang baik untuk mengatasi dorongan memukul, tapi bukan merupakan tindakan hukuman. Ini merupakan satu cara untuk mengendalikan emosi anak, agar ia melihat apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Tapi jangan gunakan time-out untuk menguliahinya. Kita harus berikan petuah setelah time-out selesai dan ia sudah mulai tenang.
·         Jika anak kembali memukul, bertindaklah tegas dan konsekuen. Ia harus menghentikan permainannya, entah dengan menyuruhnya duduk di sebelah kita tanpa aktivitas untuk beberapa saat, atau ajak ia pulang jika saat itu ia bermain di rumah temannya. Kita katakan padanya, " adek kalau masih suka memukul adek tidak akan pernah ada yang menemani dan tidak ada yang ngajak bermain.”



                                    












BAB III
PEMBAHASAN

1)               Analisis (Pengumpulan Data)
Nama Anak           : M. Pasya Al Burhan    
Usia                       : 6 tahun
Tempat, tanggal     : Samarinda, 21 januari 2007
lahir
Anak ke-                : 1 dari 2 bersaudara
Hobi                       : Main PS, Main Dram
Makanan kesukaan : Sosis, ayam goreng
Minuman kesukaan : Air teh
Warna kesukaan      : Biru
Sekolah                   : Di Tk Gelatik Samarinda
Alamat sekolah       : jl. Otto iskandar dinata
Alamat Rumah       : jl. Damai gg. 4 rt 9, rw 08 kel. Sidodamai
                                 kec. Samarinda ilir , Kalimntan Timur
Nama Orang Tua
Ayah                       : Burhannudin
Ibu                          : Hanida
Pekerjaan Orang Tua
Ayah                       : Kontraktor
Ibu                          : Ibu Rumah Tangga










2)                  Sintetis (Kesimpulan Sementara)
Anak ini suka memukul dan mengejek orang lain (teman disekolah maupun dirumah) termasuk orang dewasa yang tidak disukainya, atau ketika apa yang pasya mau tidak terpenuhi.
Contoh pertama: ketika di sekolah, Pasya bermain dengan teman-temannya dan Pasya ingin merebut mainan temannya namun temannya tidak memberikannya, pada saaat itu juga Pasya langsung memukul tamannya.  
Contoh kedua : ketika dirumah, ada tetangga yang berkunjung kerumahnya lalu menggendong atau mencium adiknya, pasti Pasya langsung mendatangi dan memukul orang tersebut.
                                
3)                  Diagnosis (Menentukan Penyebab Utama)
            Penyebab utama anak ini suka memukul (mencubit), karena orang tua (ibunya) ketika sang anak melakukan sesuatu dan salah atau tidak sesuai dengan yang diinginkan si ibu, anak cenderung langsung dipukul/dicubit. Misalnya ketika Pasya di suruh makan, pasya makannya di atas tempat tidur, ibunya langsung memberi tau sang anak dengan cubitan bahkan dipukul tanpa di berikan alasan mengapa tidak boleh makan di atas tempat tidur. Jadi ketika di sekolah anak suka mecubit temannya tanpa ada apa-apa.
Kemudian mengejek, penyebab anak suka mengejek adalah meniru sang ibu. Pasya sering melihat sang ibu mengejek ketika berdialog dengan tetangga atau keluarga yang berkunjung kerumahnya. Contohnya pada saat adik atau keluarga sang ibu berkunjung mengenakan barang-barang biasa seperti tas, ibu Pasya lalu mengejek “Tas murahan aja kok dipakai terus, coba beli kaya punyaku ini mahal harganya jarang ada yang punya”. Mungkin dari sini ketika anak melihat kemudian anak lalu berfikir bahwa punya merekalah yang terbagus yang orang lain tidak ada yang punya. Ini terbukti saat di sekolah, anak sering mengejek temannya seperi “ eh Doni, aku punya ipad dirumah aku main game terus, mana punyamu? Kamu pasti nggak punya ipad kan?.” Contoh kedua “Doni doni, aku punya mobil baru nanti malam ayahku ngajak ke Mall beli mainan.” Dan ketika temannya menjawab temannya juga punya mobil si Pasyapun tidak mau terima dan bengejek “biyar kamu punya mobil, mobilnya bagusan mobilku juga, mobilku ada Tvnya, ada AC nya baru.. warnanya putih, kata ibu mahal nggak boleh di coret-coret, mobilmu ada lah kaya gitu?.”  
4)                  Prognosis ( Langkah Awal)
                        Langkah awal untuk mengurangi perilaku Pasya yang pertama dengan menyampaikan kepada guru sekolah Pasya untuk membantu menangani prilaku pasya yang suka memukul (mencubit) dan mengejek temannya. Dan memberikan pengertian kepada orang tua Pasya bahwa pentingnya membiasakan prilaku baik kepada anak, terutama anak yang sudah terbiasa dengan prilaku tidak baik tersebut.
                        Saya juga sampaikan pelan-pelan kepada orang tua pasya terutama ibunya, jika pasya melakukan kesalahan orang tua tidak boleh memberi hukuman fisik / dengan pukulan karena secara tidak langsung orang tua mengajarkan kepada anak untuk memukul. Dan saya samapaikan kepada ibunya pasya untuk memberitau atau berbicara tentang sesuatu harus sabar dan dengan kasih sayang kepada pasya, agar pasya lebih memahami tentang tindakan yang baik ataupun buruk.

5)                  Treatment ( Penanggulangan)
            Pertama, dihari pertama. ketika pasya sedang bermain sendirian, saya datangi kemudian perlahan saya tanya apa kesukaannya (makanan, minuman, permainan) sebagai pendekatan awal. Saya juga bertanya apa yang sering dialakukan ibunya kepada pasya, apakah dirumah ibunya suka menemani pasya belajar, apa yang ibu masih melayani pasya ketika makan, mandi, dan kebtuhan lain, ternyata pasya bilang iya, ibu masih sering membantu semuanya kecuali makan.  Lalu saya ajak sedikit bercerita, ketika dalam percakapan itu saya buat intonasi suara yang membuat pasya semakin penasaran dengan cerita saya.
            Kedua,  tepat ketika pasya sedang bermain bersama temannya, saya lihat dari jauh pasya merebut sepedah temannya, akhirnya pasya bertengkar dengan temannya, karna tidak diberikan pasya memukul badan temannya 2 kali. Pada saat pasya telah memukul temannya, saya datangi mereka dan saya jauhkan pasya dari temannya, akhirnya saya tanya alasan mengapa pasya memukul temannya. Saya suruh pasya meminta maaf kepada teman yang menangis pasya malah marah dan memukul saya. Akhirnya saya ajak temannya yang menangis tadi pulang kerumahnya. Kemudian saya alihkan perhatian pasya kepada mainan kesukaannya yaitu dram. Pasya sontak memukul-mukul dram itu sekeras-kerasnya. Setelah memukul dram itu saya mulai bicara lagi kepada pasya, saya sampaikan kepada pasya bahwa memukul itu perlaku yang tidak baik. Saya jelaskan bahwa memukul itu tidak boleh dilakukan lal saya berkata “ dek pasya, jika temannya tidak meminjamkan mainan adek tidak boleh memukul begitu, temannya kasian kan tadi menangis kesakitan karena adek pukul, adek tidak takut jika nanti adek tidak ada yang mau mainan sama adek?” pasya hanya diam. Lalu saya bicara lagi, “ dek, memukul itu bukan anak soleh lo, kalo ibu guru disekolah liat adek memukul nanti ibu guru pasti marah sama adek”. Pasya menjawab “ pasya pernah di suruh ibu duduk didepan kelas karena pasya cubit teman pasya habisnya ari gak bolehin pasya make pensilnya”. Terus saya bilang “ iya makanya dek, ibu guru aja hukum adek pas adek nyubit, memang tidak boleh kan dek jika nyakitin temannya. Biyarpun temannya ganggu dek pasya harusnya adek tidak boleh mukul”. Pasyapun menggangguk.
            Ketiga, saya mendatangi pasya yang sedang asik dengan Ps-nya, saya dengarkan ketika dia sedang bermain dia sambil bilang “ayo pukul-pukul, hajar”, saya langsung bilang sama pasya “ oh adek ikutin yang di Ps itu, itu kan cuma gambar dek, biarpun pukul-pukulan juga gak kenapa-kenapa, gak ada yang nangis dek, gak ada yang sakit, beda jika dengan teman yang adek pukul.” Saya bikin sugesti- sugesti seperti itu supaya pasya faham jika yang di tv itu berbeda dengan yang aslinya.
            Keempat, ketika pasya sedang bermain sendiri lagi saya datangi kemudian perlahan-lahan pasya juga saya beri contoh akibat jika suka mengejek orang lain itu bukan cirri anak sholeh yang disayang Allah. Jika suka mengejek ketika sudah meninggal nanti muluntnya akan dibakar dengan api. Jadi setiap anak mau mengejek temannya kita (guru, orang tua dan orang dewasa yang melihat) ingatkan, seperti “ hayo… mengejek teman bukan cirri anak sholeh lo.. nanti ketika sudah meninggal mulut kita dibakar sama api, coba kita lihat kebakaran saja apinya bisa membakar semua benda-benda, apalagi mulut kita yang dibakar”.
            Kelima, Pada saat pasya sedang bermain mobil-mobilan, pasya kembali mencubit temannya, saya perlahan mengajaknya bicara kembali, “dek Pasya, adek pernah di cubit sama ibu kan? Rasanya sakit kan?, nah karna sakit jadi kita tidak boleh dek cubit atau mukul temannya, teman adek pasti kesakitan kalau adek gitukan. Nanti temannya nanggis kan kasihan”.  kalau mencubit temannya nanti temannya tidak mau berteman dengan adek lagi lo... kalau kita baik sama teman dek, nanti teman kita jadi banyak dek. Inget ya dek setiap kita mau cubit teman cubit tangan kita dulu, kalau sakit ya jagan temannya dicubit ya dek nanti temnnya nangis.”
            Keenam, saat ini pasya meminta pergi ke Mall untuk bermain. Tetapi ibunya tidak bisa karena adiknya sakit. Ketika saat-saat pasya terlihat kesal karena kemauannya tidak di turuti, saya bilang ke ibunya untuk memberikan alat permainan supaya emosi anak berkurang. Misalnya ketika dirumah pasya memiliki mainan kesukaan seperti dram, maka diberikanlah dram supaya ketika pasya bermain dram pasya bisa meluapkan emosinya di setiap pukulan dram tersebut.
           Ketujuh, pada saat pasya bermain lagi bersama temannya, pasya hendak memukul lagi, namun ketika saya datangi pasya lalu melihat saya dan tidak jadi memukul.
          Kedelapan, saya tunjukkan gambar tangan putus dan bibir besar kepada pasya, ketika pasya bertanya kenapa tangannya putus dan bibirnya besar, saya pun langsung ceritakan bahwa awalnya orang yang digambar itu dulu ketika hidup suka memukul orang dan bibirnya besar karena suka mengejek orang ketika masih hidup, jadi di akhirat disiksa seperti itu.
          Kesembilan,  Setelah  kurang lebih 14 hari, saya lihat pasya mulai mengurangi perilaku suka memukulnya. Misalnya saat bermain dirumah bersama teman, pasya sudah jarang memukul meskipun sedang bersitegang (berebut mainan), pasya hanya bicara dengan nada yang keras namun tidak memukul temannya. Ke 20 hari, saya berkunjung ke Tk tempat pasya bersekolah, saya bertanya kepada guru tentang perilaku pasya disekolah, ibu guru pun menjawab bahwa pasya memang terkadang jika tidak terawasi oleh guru dia suka memukul/ mencubit temannya, tapi kata ibu guru memukulnya tidak sesering dulu. Ibu guru berkata jika dulu hamper setiap hari temannya menangis karena dipukul, dicubit, dan diejek dengan pasya. Jika sekarang perilaku itu sudah agak berkurang. Ibu guru juga berkata bahwa dikelas anak-anak sering diberi sedikit pengertian dan bimbingan tentang perbuatan yang baik dan buruk.   

Kesimpulan Analisis Kelompok 

                           Pasya tergolong anak yang mempunyai tipe cholorik, dari kesehariannya dia menjadi anak yang tidak bisa diam, selalu bergerak, kecuali dia sudah teramat lelah dan ngantuk. Pasya tidur suka larut malam, malam saja pasya masih suka bermain. Pasya  dengan gampang meniru  apa yang orang tuanya lakukan. Seperti menngejek dan memukul. Pasya sering diberi hukuman oleh ibunya ketika melakukan kesalahan, tanpa diberi pengertian ibunya mengapa pasya dipukul. Sehingga jika pasya kesal dan apa yang diinginkan tidak bias terpenuhi pasya langsung memukul temannya. Tempramen Choleric ialah temperamen yang penuh semangat,bertindak cepat, aktif, praktis dan berkemauan keras. Seringkali ia merasa puas terhadap dirinya sendiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain. Ia cenderung untuk bersikap tegas dan berpendirian teguh, mudah membuat keputusan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.Orang Choleric selalu penuh dengan aktivitas. Ia tidak akan terombang-ambing oleh apa yang dipikirkan orang lain. Ia bersikap tegas dalam menghadapi persoalan-persoalan dan seringkali ia dengan berani melawan ketidakadilan sosial atau keadaan-keadaan yang tidak benar.Ia tidak takut terhadap kesengsaraan,sesungguhnya kesengsaraan itu justru membangunkan semangatnya. Ia telah mempunyai keputusan yang mantap dan seringkali ia berhasil di mana orang lain mengalami kegagalan. Hal ini bukan karena rencana-rencananya lebih baik daripada rencana-rencana orang lain,tetapi karena ia “terus maju” meskipun orang lain sudah putus asa dan berhenti.Bila pepatah “Menjadi pemimpin adalah karena bakat, bukan karena latihan” itu benar, maka ia adalah orang yang berbakat memimpin. Emosinya adalah bagian temperamennya yang paling tidak menonjol. Ia tidakmudah untuk memberikan simpati kepada orang lain, dan ia juga tidak dapat menunjukkan atau menyatakan rasa kasih secara wajar. Ia sering merasa bingung atau muak melihat orang lain menangis. Ia kurang dapat menghargai karya-karya seni yang tinggi, perhatian utamanya hanya ditujukan kepada nila-nilai kehidupan yang mendatangkan faedah.Ia dapat segera melihat kesempatan yang ada dan dengan cepat mendiagnosa cara yang terbaik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu. Cara berpikirnya sistematis, walaupun hal-hal yang kecil-kecil biasanya membosankan baginya. Ia tidak bisa memeriksa secara teliti, tetapi ia cepat untuk memberikan penilaian yang berdasarkan intuisi, oleh sebab itu ia cenderung untuk melihat pada sasaran dari apa yang sedang dicapainya tanpa melihat adanya perangkap-perangkap dan halangan-halangan yang mungkin timbul di tengah jalan.Sekali ia telah mulai melangkah menuju sasarannya ia dapat berlari tanpa mengindahkan orang-orang yang menghalangi jalannya. Ia cenderung untuk bersikap menguasai dan mengatur, dan ia tidak segan-segan memperalat orang lain untuk mencapai maksud-maksudnya (oportunis) Orang Choleric dapat menjadi seorang eksekutif (pelaksana) yang baik, pencetus gagasan, produser, dikatator, atau bahkan SEORANG PENJAHAT, tergantung pada standard moralnya. *Kebutuhan Rohaniah : Kasih, Kedamaian, Kemurahan, Kesabaran, Kelemah lembutan dan kebaikan. Kekuatan : - Suka memimpin, pembuat keputusan, dinamis, dan aktif - Sangat membutuhkan perubahan dan suka mengoreksi kesalahan - Mempunyai kemauan keras dan selalu menginginkan pencapaian target - Mandiri, bebas, menyukai tantangan - Menyukai pemecahan yang praktis dan bergerak cepat - Pekerja keras dan mempunyai tujuan yang jelas - Suka mengorganisasi, selalu merasa benar, dan mempunyai visi ke depan Kelemahan : - Otoriter, tidak sabar, dan mudah marah - Terlalu kaku dan susah diajak santai - Menyukai kontroversi, emosi tidak simpatik, dan tidak suka air mata - Tidak menyukai yang sepele dan bertele-tele - Sering terburu-buru dalam mengambil keputusan - Sering menuntut orang lain dan menghalalkan segala cara demi suatu tujuan Berhubungan dengan orang koleris: * jangan berbicara terlalu bertele-tele * jangan berdebat, hindari perdebatan, tetapi jangan terlalu mengalah (karena mereka senang bertengkar) * gunakan taktik mengalah untuk menang * jangan terpancing emosi anda (bersikaplah ekstra sabar)






















                                    BAB IV
                                 PENUTUP



1.      Kesimpulan
      Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak merupakan cerminan dari apa yang dia lihat dan rasakan dari lingkungan sekitarnya. Bila anak mempunyai perilaku suka memukul, mungkin memang hal wajar dari seorang anak. Namun jika perilaku ini terus menerus dibiarkan akan menjadi kebiasaan dan bahkan menjadi bagian dari hidup anak sampai mereka dewasa nanti. Perilaku suka memukul ini juga disebabkan karena dampak didikan orang tua yang salah.

2.      Saran
      Perilaku suka memukul adalah perilaku yang akan merugikan bagi anak dan orang disekeliling anak. Kita sebagai orang dewasa terutama untuk para orang tua dan guru harus berberan penting dalam memberikan pendidikan serta bimbingan kepada anak dalam rangka membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Hendaknya orang tua dan guru yang paling disegani oleh anak untuk menerapkan keteladanan dalam berbagai hal. Karena anak belajar dari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan apa yang ia rasakan saat itu. Keteladanan dan contoh yang baik merupakan sugesti positif yang akan sangat bermakna bagi sang anak.
      Orang tua dan guru harus selalu mengawasi, membimbing apa yang anak lakukan, tanpa harus memberikan hukuman fisik yang membuat anak tidak mengerti mana perilaku yang baik yang bisa dilakukannya (berprilaku buruk).
                              DAFTAR PUSTAKA

Kennedy Michelle,(2004). Bila Anak Berprilaku Buruk. Erlangga: Jakarta.
Ireland Karin,(2003). 150 Cara untuk Membantu Anak Meraih Sukses. Erlangga:Jakarta.
Paul Wood & Bernard Scwartz,(1994). Bagaimana Agar Anak Anda Melakukan yang Anda Inginkan  (cetakan I). Arcan:Jakarta.
Seto Mulyadi,(2004). Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Erlangga:Jakarta.
Steede Kevin,(2008). 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak (cetakan ketiga). PT. Tangga Pustaka:Jakarta.
Robinson W. Paul,(1993). Tingkah Laku Negatif Anak (cetakan II).  Arcan:Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar